Riset Apindo: 78% Pelaku UMKM Bisa Rugi karena Syarat Lingkungan dan Emisi GRK

Tia Dwitiani Komalasari
25 Oktober 2024, 09:11
Perajin menuangkan cairan kacang kedelai ke dalam kotak cetakan saat proses produksi tahu di salah satu usaha industri tahu tradisional di Banda Aceh, Aceh, Sabtu (21/9/2024).
ANTARA FOTO/Ampelsa/YU
Perajin menuangkan cairan kacang kedelai ke dalam kotak cetakan saat proses produksi tahu di salah satu usaha industri tahu tradisional di Banda Aceh, Aceh, Sabtu (21/9/2024).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Riset Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan 78 persen perusahaan kecil mengalami kerugian karena persyaratan kepatuhan lingkungan dan emisi gas rumah kaca yang terlalu tinggi.

Sementara 69 persen pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) di Indonesia tidak memahami Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan landasan bagi praktik ekonomi berkelanjutan.

Ketua Bidang UMKM Apindo, Ronald Walla, mengatakan pemerintah berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung bagi UMKM untuk berkembang. Hal tersebut termasuk menawarkan insentif keuangan, menyediakan akses ke informasi dan sumber daya, serta menyederhanakan peraturan yang mempromosikan keberlanjutan tanpa membebani para pelaku usaha.

"Berbagai program pengembangan kapasitas, pelatihan keberlanjutan, dan hibah untuk teknologi hijau juga sangat penting untuk memberdayakan UMKM," ujarnya dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (25/10). Pernyataan itu disampaikan Ronald dalam The 9th Sustainability Practitioner Conference (SPC) di Universitas Maranatha, Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/10).

Senada dengan Ronald, Ketua National Center for Corporate Reporting (NCCR) Ali Darwin menyatakan bahwa terbatasnya akses keuangan, kurangnya kesadaran mengenai praktik keberlanjutan, serta peraturan lingkungan yang kompleks menghambat UMKM menerapkan praktik keberlanjutan.

Meskipun begitu, ia mengatakan jumlah UMKM yang mengadopsi prinsip keberlanjutan sebagai bagian dari model bisnis mereka semakin meningkat. Upaya tersebut menciptakan dampak positif serta menjadi pembeda bagi para pelaku UMKM tersebut sehingga mereka bisa berkompetisi dengan pengusaha lainnya.

Ali menilai UMKM berpotensi sebagai pendorong utama dalam penerapan praktik keberlanjutan karena memiliki keluwesan dalam beradaptasi, Dengan demikian, UMKM mampu mengadopsi praktik keberlanjutan sesuai SDGs dalam bisnis mereka.

Menurutnya, UMKM dapat berperan penting dalam pencapaian tujuan pengurangan kemiskinan (SDGs 1), peningkatan kesejahteraan (SDGs 2), serta pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan (SDGs 8).

"Dengan merangkul praktik berkelanjutan, UMKM tidak hanya dapat meningkatkan dampak lingkungan dan sosialnya tetapi juga meningkatkan daya saing dan kelangsungan jangka panjangnya," imbuhnya.

Untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya aspek keberlanjutan dan mendukung penguatan UMKM, NCCR berkolaborasi dengan Institute of Certified Sustainability Practitioners (ICSP), Universitas Kristen Maranatha, dan Universitas Katolik Parahyangan menggelar The 9th Sustainability Practitioner Conference (SPC) di Universitas Maranatha, Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/10).

Konferensi yang diselenggarakan secara hibrid ini membahas sejumlah strategi berkelanjutan yang disesuaikan untuk UMKM dalam mendukung pertumbuhan berkelanjutan sesuai SDGs yang merupakan bentuk komitmen global dan nasional dalam upaya menyelamatkan Bumi dan mensejahterakan masyarakat.




Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...