Indonesia Diprediksi Hadapi Kemarau yang Lebih Kering Imbas Perubahan Iklim
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Indonesia akan menghadapi musim kemarau yang semakin kering di tengah ancaman global water hotspot atau kelangkaan sumber daya air. Hal itu dipengaruhi peningkatan suhu global yang berdampak langsung pada ketersediaan air dan ketahanan pangan.
"Meskipun Indonesia belum masuk dalam zona kritis, tetapi perubahan iklim ini menjadi sebuah ancaman yang besar terhadap ketahanan pangan di Indonesia khusunya kelompok Petani," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (12/12).
Dwikorita mengatakan, kondisi suhu global terus meningkat setiap tahunnya. Tahun 2023 tercatat sebagai tahun fenomena El Nino, sementara 2024 merupakan transisi menuju kondisi La Nina. Kondisi tersebut berpotensi meningkatkan risiko kekeringan di tengah ancaman global terkait krisis air.
Sebagaimana diketahui, El Nino dan La Nina merupakan fenomena berubahnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik. El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut menjadi lebih hangat, sedangkan La Nina terjadi ketika suhu permukaan laut menjadi lebih dingin.
"Perubahan iklim global diindikasikan oleh kenaikan suhu yang terus melaju itu benar-benar telah terjadi," ujar Dwikorita.
Untuk itu, BMKG telah mengembangkan berbagai layanan informasi iklim untuk membantu petani beradaptasi. Program seperti Sekolah Lapang Iklim telah memberikan pelatihan kepada petani untuk mengelola sumber daya air dan pola tanam secara efektif.
"Pentingnya kolaborasi lintas sektor dan penggunaan informasi iklim yang lebih akurat untuk mitigasi risiko," ujarnya.
Dwikorita berharap kepada semua pihak untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan dalam menghadapi perubahan iklim guna mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan demi mencapai keinginan bersama.