Selain Ekonomi, Koperasi Desa Diharapkan Kedepankan Aspek Keberlanjutan

Image title
26 Agustus 2025, 21:05
Foto udara kawasan hutan mangrove di Kelurahan Bungkutoko, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (5/8/2025). Kementerian Kehutanan (Kemenhut) terus mengakselerasi program rehabilitasi mangrove indonesia dengan prinsip 3M (memulihkan, meningkatkan, dan memper
ANTARA FOTO/Andry Denisah/YU
Foto udara kawasan hutan mangrove di Kelurahan Bungkutoko, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (5/8/2025). Kementerian Kehutanan (Kemenhut) terus mengakselerasi program rehabilitasi mangrove indonesia dengan prinsip 3M (memulihkan, meningkatkan, dan mempertahankan) sesuai dengan PP 26 tahun 2020 tentang rehabilitasi dan reklamasi sebagai upaya menghadapi krisis iklim, abrasi pantai, dan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Yayasan Rumah Energi (Rumah Energi) merekomendasikan bisnis Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih agar tidak hanya berorientasi pada peningkatan nilai ekonomi, tetapi juga mengedepankan aspek keberlanjutan.

Dalam implementasinya, Kopdes Merah Putih kini memiliki tujuh model bisnis yang akan dijalankan, mulai dari apotek, klinik, gerai sembako, logistik, unit simpan pinjam, cold storage, hingga kantor koperasi.

"Koperasi perlu diarahkan untuk mengedepankan aspek keberlanjutan. Dengan begitu, koperasi dapat berperan mendorong pemanfaatan energi bersih ramah lingkungan yang memberi manfaat pada sektor pertanian, peternakan, perikanan, hingga perdagangan desa, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat pedesaan," kata Direktur Eksekutif Rumah Energi, Sumanda Tondang dalam pernyataan resmi, Selasa (26/8).

Menurutnya, masyarakat di pedesaan termasuk kelompok paling rentan terhadap krisis iklim.

Hal itu diperkuat dengan pernyataan Faizal Angga Nugraha, Kepala Seksi PPA II yang menyatakan bahwa kondisi iklim dan cuaca memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi komoditas pertanian, perikanan, dan perdagangan, serta tren inflasi.

"Perubahan pola cuaca, seperti peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan, dapat berdampak langsung pada hasil panen pertanian, pun juga dalam sektor perikanan dimana kenaikan suhu air laut mengakibatkan migrasi ikan sehingga dapat mengurangi hasil laut," tambah Sumanda.

Dia mencontohkan kekeringan yang berkepanjangan dapat mengurangi ketersediaan air untuk irigasi, sehingga menurunkan produktivitas tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kedelai. Sebaliknya, curah hujan yang berlebihan dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor, yang merusak tanaman dan infrastruktur pertanian.

"Ketersediaan pangan sebagai kebutuhan dasar sangat dipengaruhi oleh krisis iklim dan membutuhkan peran semua pihak termasuk koperasi yang ada di pedesaan dan juga dinas koperasi daerah yang memiliki tanggung jawab pendampingan bagi koperasi," katanya.

Sebagai informasi, sejak 2021, Yayasan Rumah Energi mengembangkan konsep Koperasi Hijau dengan melibatkan koperasi dan dinas terkait untuk mendorong adopsi inovasi serta teknologi ramah lingkungan di tingkat desa.

Konsep ini menempatkan koperasi sebagai aktor perubahan yang mengusung prinsip ESG (Environment, Social, Governance) melalui tata kelola yang baik, lini bisnis berorientasi lingkungan, serta dampak sosial yang berkelanjutan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nuzulia Nur Rahmah

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...