Indonesia Rentan Perubahan Iklim, Pertanian dan Kelautan Paling Terdampak

Mela Syaharani
10 September 2025, 12:00
Deputi bidang Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kemenko Pangan, Nani Hendiarti, saat membuka Katadata Sustainability Action for the Future Economy (SAFE) 2025 dengan tema Green for Resilience di hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (10/9).
Katadata/Fauza
Deputi bidang Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kemenko Pangan, Nani Hendiarti, saat membuka Katadata Sustainability Action for the Future Economy (SAFE) 2025 dengan tema Green for Resilience di hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (10/9).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indonesia merupakan negara paling terdampak krisis iklim karena mayoritas wilayahnya merupakan dataran rendah yang terancam air pasang laut. Deputi Bidang Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kemenko Pangan,  Nani Hendiarti, mengatakan krisis iklim tersebut bisa berdampak pada banyak sektor, khususnya pertanian dan kelautan.

“Jadi dua-duanya di bidang pangan, baik di terestrial dan perairan,” kata Nani Hendiarti dalam acara Katadata Sustainability Action for the Future Economy (SAFE) 2025 dengan tema Green for Resilience di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (10/9).

Dia mengatakan krisis iklim menyebabkan pergeseran musim yang menyebabkan perubahan pada jalur migrasi ikan. Sebelumnya, panen ikan bisa diprediksi dengan baik di rentang waktu tertentu.

"Namun, perubahan iklim menyebabkan periode panen atau migrasi ikan menjadi bergeser," ujarnya.

Untuk mengatasi hal ini, Indonesia perlu menggunakan teknologi yang lebih baik. BMKG juga sudah mengembangkan informasi yang membantu dan mengantisipasi dari dampak perubahan iklim di kelautan dan pertanian.

Dia menjelaskan dampak pemanasan global terhadap produksi perikanan laut pada 2050 bisa menyebabkan potensi tangkapan ikan maksimum diproyeksikan menurun 2,8-23%. Perubahan iklim juga bisa menyebabkan 41% atau 7,7 hektare luasan lahan pertanian indonesia terkena el nino.

Selain pemanfaatan teknologi yang lebih baik, solusi yang bisa dilakukan untuk menanggulangi dampak perubahan iklim yaitu melalui pengembangan bibit unggul tahan iklim dan manajemen sumber daya air.

Sementara itu, Co-Founder & CEO Katadata,  Metta Dharmasaputra, mengatakan data Bappenas memperkirakan kerugian sektor laut, air, dan pertanian pada 2024 menembus Rp 115,53 triliun. “Jadi kita lihat di 2024 tingkat kerugiannya meningkat terus. Tentu ini kerugian yang sangat besar,” kata Metta.

Tren kerugian akibat perubahan iklim pada periode 2020-2024 terus meningkat. Pada 2020 jumlah kerugiannya mencapai Rp 102,36 triliun dan naik Rp 13,17 triliun pada 2024.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...