Pokdarwis Sanggaria Lakukan Konservasi Penyu Mandiri Sejak 2016

Hari Widowati
6 Oktober 2025, 08:35
konservasi, penyu, Tulungagung
ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/nz
Relawan kelompok sadar wisata mengevakuasi telur penyu (chelonia mydas) di Pantai Sanggar, Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (4/10/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sejumlah relawan yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sanggaria di kawasan pesisir Pantai Sanggar, Tulungagung, Jawa Timur melakukan konservasi penyu mandiri sejak 2016 hingga saat ini. Mereka bermimpi suatu saat memiliki fasilitas konservasi khussu di Pantai Sanggar.

Para relawan memungut dan mengevakuasi telur-telur penyu di empat titik pantai di pesisir dekat kampung mereka di Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung. Telur-telur itu kemudian ditetaskan di bak-bak penampungan. Tukik atau anak penyu yang berhasil ditetaskan dilepasliarkan ke pantai saat sudah berusia dua bulan.

"Aktivitas ini sudah kami jalani sejak sepuluh tahun terakhir sejak 2016 secara swadaya. Selain untuk melindungi telur penyu dari predator alami, juga untuk mencegah ulah jahil pengunjung atau pemancing yang sengaja ingin berburu penyu," ujar Ketua Pokdarwis Sanggaria, Lego Rianto, usai mengevakuasi telur penyu di Pantai Sanggar dan Pantai Jong Pakis, seperti dikutip Antara, Minggu (5/10).

Saat ini ada empat pantai di pesisir selatan Kecamatan Tanggunggunung yang menjadi sarang bertelur alami penyu. Keempat pantai itu adalah Pantai Sanggar, Ngalur, Pathuk Gebang, dan Jong Pakis.

Jenis penyu yang bertelur di pantai-pantai tersebut biasanya penyu hijau (Chelonia mydas) dan lekang (Lepidochelys olivacea).

Saat ini, total ada 130-an telur penyu yang berhasil mereka evakuasi dari dua titik lokasi penyu bertelur. Yang terbaru, mereka mengevakuasi 24 telur penyu di Pantai Sanggar.

Lego Rianto mengatakan, sebenarnya ada 5-7 titik yang teridentifikasi sebagai lokasi penyu bertelur, biasanya berdasarkan informasi warga atau nelayan lokal. Namun, sebagian besar lokasi itu sudah tertimbun pasir pantai saat air pasang sehingga jejaknya hilang.

"Kalau hilang jejak begitu kami biarkan, namun tetap sambil terus dipantau. Yang penting lokasi kami nilai cukup aman dari serangan predator," ujar Lego.

Dalam kondisi normal, seekor penyu mampu bertelur lebih dari 50 butir dalam sekali musim.

"Evakuasi ini langkah untuk menyelamatkan telur penyu dari predator, terutama biawak yang sering memangsa, sekaligus upaya menjaga keberlangsungan populasi penyu yang sudah masuk kategori langka," kata Lego.

Telur yang sudah dievakuasi akan ditempatkan di penangkaran milik relawan hingga menetas. Tukik yang berhasil menetas akan dirawat sekitar dua bulan sebelum dilepas kembali ke laut.

"Dari ratusan telur itu, biasanya sekitar 80% yang bisa menetas menjadi tukik," kata Lego.

Konservasi Penyu Butuh Dukungan Biaya 

Aktivitas para sukarelawan itu tentu membutuhkan biaya operasional untuk evakuasi, proses penetasan, penangkaran sementara hingga pelepasliaran. Biaya besar terutama untuk mobilitas relawan mengangkut air laut setiap dua hari sekali pada masa penangkaran tukik, logistik relawan, hingga penyediaan sarana penetasan dan perawatan sampai tukik siap dilepasliarkan ke habitat alami mereka.

"Mimpi kami, ada fasilitas konservasi khusus di salah satu sisi Pantai Sanggar ini, karena akan memudahkan proses evakuasi, perawatan, dan penanganan yang lebih efisien. Tapi, yang begini-begini tidak mungkin swadaya, harus ada dukungan dan kebijakan dari pemerintah daerah," ujar Supriyanto, relawan Pokdarwis Sanggaria.

Beberapa tahun lalu, mereka sempat menerima penawaran dari Pertamina untuk membantu penyediaan fasilitas penangkaran tukik untuk aktivitas konservasi. Waktu itu, tawaran datang saat momen pelepasliaran tukik oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung bersama jajaran Pertamina di Pantai Sanggar.

Namun, Pemkab Tulungagung tidak segera menindaklanjuti tawaran terbuka itu hingga bantuan fasilitas penangkaran tukik menggunakan dana corporate social responsibility (CSR) Pertamina itu tidak berlanjut.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antara

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...