Banyak Hiu Paus Muda Terdampar, Sinyal Darurat Populasi Laut Global
Studi terbaru yang terbit di jurnal Scientific Reports menunjukkan keterdamparan hiu paus di Indonesia pada periode 2011-2023 didominasi hiu paus muda. Temuan ini menunjukkan adanya kecenderungan yang memprihatinkan, karena hiu paus muda berada pada tahap vital dalam siklus hidup spesies ini dan sangat krusial bagi keberlanjutan populasinya di wilayah Indo-Pasifik.
Dalam kurun waktu 12 tahun penelitian, terindikasi 115 kejadian keterdamparan yang melibatkan 127 individu hiu paus di 23 provinsi di Indonesia. Angka ini melampaui laporan keterdamparan global sebelumnya. Pengumpulan data ini menyoroti pentingnya statistik dari Indonesia untuk memahami tren dan ancaman terhadap populasi hiu paus.
Iqbal Herwata, Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia, yang juga penulis pertama studi ini, mengatakan lebih dari 70% individu yang terdampar adalah hiu paus muda (juvenil) berukuran empat hingga tujuh meter.
“Dalam analisis temporal atau berkala, kami juga menemukan adanya peningkatan tajam dalam jumlah kasus keterdamparan sejak 2020, dengan rata-rata kenaikan sekitar dua kasus per tahun. Sebelum 2020, Indonesia mencatatkan sekitar empat kasus keterdamparan per tahun, namun angka ini melesat menjadi 22 kasus per tahun setelahnya,” kata Iqbal, dalam keterangan tertulis, Rabu (5/11).
Iqbal bekerja sama dengan peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), lembaga pendidikan dari Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), serta Elasmobranch Institute Indonesia untuk studi ini.
Studi ini juga mengungkap adanya pola yang signifikan terkait keterdamparan hiu paus yang dipengaruhi kuat oleh faktor oseanografi. Salah satu temuan penting menunjukkan banyak kasus keterdamparan terjadi pada saat musim tenggara dan transisi pada periode Juni – November, periode yang bertepatan dengan peristiwa upwelling – perubahan kondisi penurunan suhu permukaan laut dan peningkatan produktivitas laut, yang memengaruhi pergerakan dan distribusi hiu paus.
Berdasarkan data penelusuran pergerakan hiu paus yang bermigrasi ke wilayah selatan Jawa dari berbagai lokasi seperti Teluk Saleh (NTB), Australia Barat, dan Kepulauan Christmas menghadapi tekanan atau ancaman tertentu, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya insiden keterdamparan.
Studi ini juga mengungkap sebagian besar hiu paus di Indonesia dilaporkan terdampar dalam kondisi masih hidup, dengan total 52 kasus. Kondisi ini lebih sering terjadi dibandingkan hiu paus yang ditemukan baru mati, yang tercatat dalam 46 kasus.
“Kami mengidentifikasi pesisir selatan Jawa, termasuk Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, sebagai area utama kejadian terdampar, bersama dengan daerah Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Timur yang telah menunjukkan pola keterdamparan massal,” ujar Iqbal.
Temuan ini memberikan wawasan penting tentang keterkaitan antara pola musiman, dinamika oseanografi, dan risiko keterdamparan yang perlu dipertimbangkan dalam strategi konservasi dan respons cepat di lapangan.
Perlu Mitigasi untuk Menjaga Kelestarian Hiu Paus
Direktur Konservasi Spesies dan Genetik, Ditjen Pengelolaan Kelautan KKP, Sarmintohadi berpendapat, hasil studi ini sangat strategis untuk mendukung perencanaan konservasi nasional. “Identifikasi titik dan musim rawan keterdamparan memberi dasar ilmiah untuk menyusun Rencana Aksi Nasional Hiu Paus, memperkuat jaringan respons cepat, serta mengintegrasikan mitigasi ancaman dari tabrakan kapal, pencemaran pesisir, dan interaksi manusia melalui perikanan,” ujar Sarmintohadi.
Ia menambahkan, upaya melindungi hiu paus juvenil di Indonesia adalah investasi bagi keberlanjutan spesies ini. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya menjaga kekayaan laut sendiri, tetapi juga berkontribusi pada upaya konservasi hiu paus dunia.
Peneliti dari BRIN, Fahmi mengatakan, temuan ini memberi gambaran jelas tentang kondisi hiu paus di Indonesia sebagai kawasan penting bagi kelangsungan hidup juvenil. Peningkatan kasus keterdamparan menjadi alarm serius, baik secara nasional maupun internasional, untuk segera memperkuat langkah-langkah mitigasinya.
“Salah satu upaya kunci adalah membangun jaringan respons cepat dengan mengintegrasikan data berbasis komunitas dan media lokal ke dalam literatur ilmiah guna mendukung pendataan hiu paus dunia. Dengan meningkatnya kejadian keterdamparan pada juvenil, temuan ini juga memberikan peringatan serius terhadap upaya pemulihan populasi hiu paus di wilayah Indo-Pasifik yang telah menurun 63% dalam tiga generasi terakhir,” ujar Fahmi.

