Transportasi Maritim Didorong Turunkan Emisi Karbonnya
Perusahaan komoditas dan energi dunia meluncurkan inisiatif untuk memotong dan melacak emisi karbon dari kapal yang mereka sewa. Langkah ini sebagai upaya mengurangi jejak karbon pada industri maritim.
Di bawah Sea Cargo Charter, 17 perusahaan sepakat akan melaporkan aktivitas penyewaan kapalnya setiap tahun kepada publik agar selaras dengan tujuan Organisasi Maritim Dunia (IMO). Ke-17 perusahaan itu termasuk Cargill, ADM, Bunge, Royal Dutch Shell, Total, dan grup pertambangan Anglo American.
IMO sebelumnya menargetkan, pada 2050 jejak karbon transportasi maritim berkurang 50% dari level pada 2008. Emisi karbon dari pengiriman barang melalui laut naik sejak 2012 hingga 2018. Industri ini menyumbang 2,89% karbondioksia dunia, menurut catatan organisasi itu.
Presiden Divisi Transportasi Laut Cargill Jan Dieleman mengatakan saat ini orang-orang yang menyewa angkutan pelayaran mulai mengajukan pertanyaan berapa jejak emisi karbonnya. “Dengan menciptakan transparansi, hal ini menjadi patokan dalam pengambilan keputusan,” katanya, dikutip dari Reuters, Rabu (7/10).
Kolaborasi ini harapannya dapat meningkatkan permintaan pelanggan dalam hal transportasi maritim rendah atau nol emisi. Inisiatif tersebut mengikuti Prinsip Poseidon yang diluncurkan pada 2019. Sebanyak 18 pemberi pinjaman industri terbesar dunia sepakat menghubungkan penyediaan pembiayaan pengiriman barang dengan pengurangan karbondioksida.
Uni Eropa Akan Buat Aturan Transportasi Maritim
Pada 16 September lalu, anggota parlemen Uni Eropa sepakat merevisi aturan soal pemantauan, pelaporan, dan verifikasi emisi karbondioksia dari transportasi laut. Dalam catatannya, IMO tidak membuat kemajuan memadai dalam memangkas emisi gas rumah kaca.
Karena itu, sebagian besar anggota berpendapat perlu aturan ambisius untuk memangkas polusi dari sektor tersebut. Mereka ingin transportasi laut lebih berkontribusi dalam pencegahan perubahan iklim. Hal ini akan masuk dalam Sistem Perdagangan Emisi Uni Eropa atau ETS.
Para anggota parlemen sedang bersiap untuk memulai proses negosiasi dengan negara anggota untuk membuat undang-undang transportasi maritim. “Hari ini kami mengirimkan sinyal kuat sejalan dengan Kesepatan Hijau Eropa dan darurat iklim,” kata pelopor aturan itu dari Partai Hijau, Jutta Paulus, melansir dari situs parlemen Uni Eropa.
Transportasi laut menjadi satu-satunya sektor yang tidak memiliki komitmen khusus Uni Eropa untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Padahal, aktivitas pelayaran global mengeluarkan emisi karbon sekitar 2% hingga 3% dari total emisi secara global. Angkanya melebihi emisi dari negara Benua Biru manapun. Pada tahun 2017, sebanyak 13% dari total emisi gas rumah kaca Uni Eropa berasal dari sektor maritim
Pengurangan emisi berbasis pasar tidak cukup untuk mencapai target IMO di 2050. Perusahaan pelayaran akan didorong mengurangi emisi karbon rata-rata tahunannya per unit transportasi. Setidaknya satu kapal harus memangkas polusinya hingga 40% di 2030.
Parlemen Eropa juga menyerukan adanya dana laut untuk periode 2022 hingga 2030. Dana ini dapat berasal dari ETS untuk membuat kapal lebih hemat energi. Sebanyak 20% dari pendapatan dana tersebut akan dialokasikan untuk melindungi dan memulihkan ekosistem laut yang terkena pemanasan global.