Perusahaan Norwegia Resmikan PLTB Lepas Pantai Terbesar di Dunia
Perusahaan energi asal Norwegia, Equinor meresmikan Hywind Tampen, pembangkit listrik tenaga bayu lepas pantai terapung terbesar di dunia pada Rabu, (23/8). Pembangkit listrik tersebut nantinya akan memasok anjungan minyak dan gas di sekitarnya serta mengurangi emisi gas rumah kaca.
Melansir dari Reuters, dalam peluncuran pembangkit listrik tenaga angin Hywind Tampen, Equinor bermitra dengan perusahaan minyak lainnya termasuk OMV, Vaar Energi, dan mayoritas sahamnya dimiliki oleh ENI mulai memproduksi listrik pada November 2022, dengan hasil produksi penuh tercapai pada awal bulan ini.
Adapun kapasitas 88 megawatt yang dimiliki oleh Hywind Tampen tersebut akan memenuhi sekitar 35% kebutuhan listrik tahunan untuk lima anjungan di ladang minyak dan gas Snorre dan Gullfaks di Laut Utara, sekitar 140 km (87 mil) di lepas pantai barat Norwegia.
"Hywind Tampen diharapkan dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 200.000 ton per tahun," ujar Kepala Eksplorasi dan Produksi Equinor di Norwegia, Kjetil Hove, di Norwegia, dalam sebuah pernyataannya.
Kjetil menyebutkan, jumlah tersebut merupakan 0,4% dari total emisi karbon dioksida (CO2) Norwegia pada tahun 2022. Beberapa aktivis lingkungan mengatakan bahwa langkah ini positif karena dapat menurunkan emisi CO2 negara tersebut. Sementara yang lain mengatakan bahwa Norwegia seharusnya berhenti memproduksi minyak dan gas.
Hywind Tampen terdiri dari 11 turbin angin yang dipasang pada dasar terapung yang berlabuh di dasar laut, dan bukannya dipasang di dasar laut, sebuah teknologi baru yang menurut para ahli industri cocok untuk digunakan di perairan yang lebih dalam di lepas pantai yang ingin dikembangkan oleh Equinor.
Teknologi ini masih dalam tahap awal dan biaya di Hywind Tampen telah meningkat dari perkiraan awal 5,2 miliar crown ($491 juta) atau setara Rp 7,5 miliar pada tahun 2020, menjadi 7,4 miliar crown atau setara Rp 5,072 triliun.
Kenaikan angka tersebut didorong lantaran adanya penundaan terkait Covid-19 dan bahan baku, kemudian masalah kualitas, inflasi, dan efek mata uang.
Namun, kenaikan yang diharapkan dalam pajak CO2 Norwegia dan harga gas yang lebih tinggi berdampak positif pada pembiayaan proyek, yang juga menerima hampir 2,9 miliar crown atau setara Rp 1,9 triliun sebagai subsidi.
Kepala Bisnis Energi Terbarukan di Norwegia, Siri Kindem, mengatakan dengan adanya Hywind Tampen terbesar di dunia tersebut, diprediksi Equinor bisa membangun proyek transisi energi yang lebih besar lagi.
Selain itu, dia mengatakan bahwa Norwegia juga menargetkan 30 gigawatt listrik tenaga angin lepas pantai pada tahun 2040, yang akan melipat gandakan produksi listrik negara saat ini.
“Untuk itu, Equinor akan melakukan tender untuk ladang angin komersial pertamanya, termasuk tiga ladang angin terapung, pada musim gugur ini,” kata dia.
Adapun mitra-mitra lain Equinor dalam proyek tersebut adalah Wintershall Dea, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh BASF, INPEX Idemitsu, dan Petoro dari Norwegia.