Profil PLTS Terapung Cirata, Diresmikan Jokowi dan Terbesar di ASEAN
Presiden Joko Widodo meresmikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS Terapung (Floating Solar PV) Cirata. Proyek PLTS Terapung Cirata ini akan menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN telah merencanakan pembangunan PLTS sejak 2021. PLTS Terapung Cirata merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang memasok energi bersih untuk sistem kelistrikan wilayah Jawa Bali.
“PLTS Terapung Cirata menjadi etalase kerja sama global mewujudkan penurunan emisi dalam percepatan transisi energi menuju Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (8/11).
Dia mengatakan, pembangunan proyek ini merupakan bentuk kolaborasi global antara PT PLN (Persero) melalui subholding PLN Nusantara Power dan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar.
Pasok Listrik Jawa Bali
Darmawan mengatakan, PLTS Terapung Cirata memiliki kapasitas 192 megawatt peak (MWp) dengan luas 200 hektare. Panel Surya terapung ini dibangun di atas Waduk Cirata yang berlokasi di tiga Kabupaten Jawa Barat, yakni Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat.
PLTS ini terdiri dari 13 pulau atau arrays dengan lebih dari 340 ribu panel surya yang dapat menghasilkan listrik untuk disalurkan ke lebih dari 50 ribu rumah. Ribuan tenaga kerja dan UMKM lokal pun ikut menjadi bagian dari pembangunan proyek ini.
Menurut Darmawan, PLTS terapung Cirata memiliki kapasitas yang masif sehingga akan membantu masyarakat mendapatkan pasokan listrik yang lebih hijau. Selain itu, proyek ini juga akan memberikan kontribusi penambahan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebagai wujud komitmen dan kepedulian negara terhadap lingkungan serta keberlanjutan.
Darmawan mengatakan, tarif PLTS Terapung Cirata sangat kompetitif dan akan meningkatkan kemandirian melalui pemanfaatan energi dari sumber daya alam lokal. Bahkan, proyek ini akan membuka kesempatan kepada masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau baik melalui Renewable Energy Certificate (REC) PLN maupun perdagangan karbon.
“Kita punya misi bersama untuk menyelamatkan bumi, tetapi di sisi lain juga tetap menjaga pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menyejahterakan masyarakat,” ujar Darmawan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan potensi PLTS terapung yang dapat dikombinasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) eksisting mencapai 12.055 megawatt (MW). Potensi itu tersebar di 28 lokasi dari Sumatera hingga Papua.
Potensi PLTS terapung terbesar ada di tiga wilayah Sumatera yang mencapai 7.150 MW. Potensi PLTS terapung mencapai 2.919 MW di enam wilayah Sulawesi.