Indonesia Gaet Korea Selatan Bangun Ekosistem Bus Listrik di Bali
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan berkolaborasi untuk membangun ekosistem bus listrik demi mendukung transportasi umum di Bali.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan kolaborasi ini bertujuan untuk mendukung pencapaian target nol emisi Indonesia pada tahun 2060. "Sektor transportasi adalah penyumbang emisi tertinggi kedua di Indonesia," ujar Vivi, pada Rabu (13/12).
Proyek percontohan Indonesia-Korsel ini akan dilakukan di empat wilayah di Bali, yaitu Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita), selama tiga tahun ke depan.
"Tentu saja akan ada trial and error. Kami berharap program ini akan berhasil dalam tiga tahun, dan kami dapat mengembangkannya di 20 kota besar lainnya," kata Vivi.
Selama masa uji coba, Bappenas akan menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan, termasuk melalui pengadaan bus, pembangunan stasiun pengisian daya, rute, dan trotoar, serta penempatan operator di lapangan.
Uji coba ekosistem kendaraan listrik dan pengembangan peta jalan investasi transportasi hijau di Bali ini akan menelan biaya sebesar US$8,8 juta. Pembiayaan proyek ini akan didukung oleh mitra kedua negara, yaitu Global Green Growth Institute (GGGI).
"Hingga Desember 2027, GGGI akan membantu dalam studi kelayakan, implementasi, keuangan, dan penyediaan bus listrik serta ekosistem pendukungnya," ujar Vivi.
Kerja Sama Atasi Dampak Perubahan Iklim
Kepala Perwakilan GGGI untuk Indonesia Jaeseung Lee mengatakan bahwa proyek ini merupakan kerja sama pertama GGGI dengan pemerintah Indonesia di sektor kendaraan listrik dalam sepuluh tahun kemitraan mereka.
Lee menginformasikan bahwa tujuan dari kerja sama ini adalah untuk menarik minat masyarakat dalam menggunakan transportasi umum yang menawarkan layanan yang nyaman dan terjangkau.
Sementara itu, Direktur Biro Perubahan Iklim dan Kerjasama Internasional Kementerian Lingkungan Hidup Korea Selatan Suy Hyun Lee menyatakan dukungannya terhadap proyek ini dan menawarkan kerja sama lebih lanjut, terutama di bidang lingkungan.
Ia mengatakan perubahan iklim dapat berdampak pada sektor lingkungan, ekonomi, pariwisata, dan sosial di Indonesia. "Kita harus mengatasi perubahan iklim untuk mencegah kekeringan yang berkepanjangan. Kita bisa berkolaborasi di bidang lain seperti sumber daya air dan limbah, serta penangkapan gas rumah kaca, jadi saya mendukung kolaborasi untuk mengatasi perubahan iklim," kata Lee.
Kepala Dinas Perhubungan Bali IGW Samsi Gunarta juga menyuarakan dukungannya terhadap program ini untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2045. Menurutnya, Bali telah memiliki bus diesel dalam armada transportasi publiknya.
"Kami akan memulai program bus listrik ini di kawasan Sarbagita karena mereka sudah siap dengan rencana mobilitas perkotaan yang berkelanjutan. Kami sudah memiliki rencana aksi daerah mengenai jumlah bus listrik yang dibutuhkan dan beberapa perencanaan lainnya yang sedang berjalan," katanya.
Setelah daerah Sarbagita, pemerintah daerah menargetkan untuk melaksanakan proyek pengembangan bus listrik di Klungkung karena Pusat Kebudayaan Bali (PKB) akan dibangun di daerah tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baru.