Potensi Energi Surya di Indonesia Baru Termanfaatkan Kurang dari 1%

Tia Dwitiani Komalasari
28 Mei 2024, 07:25
PLTS atap buatan startup Xurya
Xurya
PLTS atap buatan startup Xurya
Button AI Summarize

Potensi energi surya di Indonesia baru dimanfaatkan kurang dari 1%. Penggunaan energi surya di Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara tetangga. 

Managing Partner AC Ventures, Helen Wong, mengatakan bahan bakar fosil terus mendominasi dan menyumbang sekitar 83% dari bauran energi di Asia Tenggara. Penggunaan bahan bakar fosil tersebut jauh melampaui kontribusi energi terbarukan sebesar 14,2%.

Salah satu energi terbarukan yang belum dimanfaatkan secara optimal tersebut adalah energi surya. Vietnam telah mencapai kemajuan yang signifikan dengan mencapai pangsa 20,5% energi terbarukan yang berasal dari sumber tenaga surya.

"Tapi Indonesia masih tertinggal jauh, ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (28/5).

Dia mengatakan, Indonesia memiliki daerah-daerah terpencil yang cakupannya mencapai sekitar 40%. Wilayah terpencil tersebut tersebar di pulau-pulau di luar Pulau Jawa dan kemungkinan besar tidak terjangkau oleh jaringan listrik nasional dalam waktu dekat.

Menurut Helen, kondisi tersebut membuat pembangunan infrastruktur menjadi lebih rumit. Namun di sisi lain, kondisi tersebut juga mencerminkan tantangan bagaimana memanfaatkan sumber daya terbarukan yang melimpah secara efektif.

Helen mengatakan, Asia Tenggara memiliki potensi teknis sebesar 17 terawatt. Angka itu mencapai lebih dari 20 kali lipat kapasitas yang dibutuhkan untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2050. Namun, kapasitas energi terbarukan saat ini hanya mencapai 99 gigawatt.

"Dalam situasi ini, peluang mulai muncul dan investor mulai mengamankan posisinya saat ini di sektor energi terbarukan di kawasan ini," ujarnya.

Helen Wong
Helen Wong (Dok. AC Ventures)

Investasi Panel Surya

Pemerintah Indonesia dan International Partners Group (IPG)  telah meluncurkan Indonesia Just Energy Transition Partnership (JETP Indonesia) di sela-sela KTT G20 di Bali. Perjanjian ini bertujuan untuk mengumpulkan dana awal sebesar US$ 20 miliar dari pembiayaan publik dan swasta untuk mengurangi emisi sektor energi di Indonesia. 

Menurut Helen, sebagian besar dari rencana ini melibatkan penghentian dini pembangkit listrik tenaga batu bara di Indonesia, yang saat ini menyumbang 60% dari bauran energi lokal.

Untuk mengatasi kesenjangan produksi, diperlukan peningkatan agresif dalam investasi energi terbarukan, dengan target pembangkitan tahunan sebesar 36 gigawatt dari panel surya fotovoltaik saja. Angka tersebut mencapai tujuh kali lipat dari investasi yang tercatat antara tahun 2018 dan 2021.

Menurut Helen, kebutuhan mendesak pengambilan tindakan terhadap perubahan iklim sudah sangat jelas, terutama di Asia Tenggara. Namun Indonesia memiliki permasalahan dimana terdapat investasi berlebihan pada batu bara yang mengakibatkan surplus listrik murah.

"Dalam hal ini, diskusi JETP harus dianggap sebagai dorongan bagi investor iklim global,' ujarnya.

Namun demikian, dia mengatakan,  kerangka regulasi di Indonesia masih harus menghadapi masih banyaknya subsidi yang diberikan pada bahan bakar fosil, khususnya batu bara yang saat ini membuat energi surya cukup sulit untuk bersaing. PLN, yang mengelola jaringan listrik, adalah satu-satunya pembeli energi surya, dan saat ini, mereka tidak terlalu antusias untuk membeli lebih banyak energi surya.

Potensi Energi Investasi Energi Surya

Helen menceritakan bahwa AC Ventures kerap menemukan usaha baru yang masuk dalam beberapa kategori berbeda. menurut dia, subsektor yang paling menjanjikan di pasar energi surya Indonesia saat ini adalah sektor komersial dan industri.

“Xurya, salah satu perusahaan dalam portofolio kami, adalah pemain terbesar di pasar komersial dan industri Indonesia saat ini, yang menyediakan energi ramah lingkungan bagi perusahaan multinasional. Saat ini kapasitasnya sekitar 200 megawatt," ujarnya.

Dia mengatakan, energi surya masih berada dalam tahap awal di Asia Tenggara. AC Ventures selalu mengevaluasi peluang proyek energi surya dengan memulai proyek yang tepat dan memastikan bahwa biaya pendanaan memungkinkan tingkat pengembalian internal yang baik.

"Kami melihat tingkat pengembalian internal proyek tenaga surya dan total periode pengembalian modal. Mengenai subsidi, meskipun bermanfaat, namun dapat menyebabkan volatilitas pasar dan harga energi surya telah turun drastis hingga hampir setara dengan bahan bakar fosil," ujarnya.




Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...