Lima Fakta Ekspor Listrik Hijau Indonesia ke Singapura, Investasi Rp 308 Triliun
Pemerintah Indonesia telah menandatangan kesepakatan untuk ekspor listrik yang berasal dari energi baru terbarukan ke Singapura. Penandatangan tersebut dilakukan di sela Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis (5/9).
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, percaya kerja sama ini akan dijalankan sesuai dengan prosedur pemerintah dan bisnis sebagaimana mestinya. Dia juga berharap dengan kerja sama ini Indonesia Singapura dapat terus mendorong investasi serta kolaborasi kedua negara.
“Singapura dan Indonesia dapat memainkan peran yang sangat penting dalam hal ini sehingga tidak hanya menghasilkan uang, tetapi kita berkontribusi, memulai perubahan iklim,” kata dia saat acara penandatanganan.
Menurut Luhut, ekspor listrik bersih ke Singapura juga menjadi bukti komitmen negara ini kepada dunia internasional bahwa Indonesia dapat ambil peran dalam mewujudkan net zero emission.
Berikut lima fakta ekspor listrik ke Singapura:
1. Investasi jumbo
Luhut mengatakan, proyek ini memiliki nilai investasi besar yaitu sebesar US$ 20 miliar atau Rp 308 triliun (kurs Rp 15.400).
“Saya kira dalam penandatangan nilai proyek ini sekitar US$ 20 miliar,” kata Luhut.
2. Menguntungkan kedua negara
Luhut mengatakan, kerja sama ini menguntungkan kedua negara. Keuntungan bagi Singapura yaitu bisa mengamankan pasokan listrik bersih melalui sistem penyimpanan dari baterai dan panel surya yang diproduksi di Indonesia.
“Bagi Indonesia kegiatan ini sangat penting bagi landskap ekspor energi kita. Apalagi Indonesia memiliki banyak sumber silika untuk bahan baku panel surya sehingga kita bisa membangun industri panel surya,” ujar Luhut.
Dia mengatakan ekspor listrik ke Singapura merupakan salah satu jalan baru bagi Indonesia untuk beralih dari yang awalnya menjadi pengekspor energi fosil seperti batu bara dan gas alam menjadi pengekspor energi terbarukan.
“Arti penting kerja sama ini melampaui batas negara kita. Ini memfasilitasi pengembangan proyek energi terbarukan lintas batas, perdagangan listrik, dan industri manufaktur hijau di Indonesia,” ucapnya.
3. Berasal dari pembagkit listrik tenaga surya (PLTS)
Adapun listrik hijau tersebut berasal dari pembangkit listrik tenaga surya yang didirikan di Indonesia. Luhut mengatakan, komponen dalam pembangunan PLTS akan berasal dari dalam negeri, mulai dari panel surya hingga baterai. Dengan demikian, investasi tersebut akan mendorong pembukaan lapangan kerja di dalam negeri.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan PLTS hasil kerja sama dengan Singapura akan lebih besar dari PLTS Cirata. Untuk diketahui, PLTS Cirata merupakan PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 192 megawatt peak.
Rachmat mencatat kapasitas PLTS hasil investasi dengan Singapura dapat mencapai sekitar 20 gigawatt peak atau 100 kali lebih besar dari PLTS Cirata. Dengan demikian, PLTS tersebut akan menjadi PLTS terbesar di dunia.
"Panel surya dan baterai PLTS tersebut akan dibuat di dalam negeri. Itu salah satu investasi yang cukup besar pada sore ini," kata Rachmat.
4. Ekspor dilakukan lima perusahaan
Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Singapura Tan See Leng mengatakan Indonesia dan Singapura telah menandatangani nota kesepahaman atau MoU yang berfungsi untuk mendukung pengembangan proyek-proyek komersial dan interkoneksi bagi perdagangan listrik lintas batas.
“Otoritas Pasar Energi Singapura atau EMA juga memberikan persetujuan bersyarat kepada lima perusahaan untuk mengimpor 2 GW listrik rendah karbon dari Indonesia ke Singapura,” kata Tan dalam acara yang sama.
Persetujuan tersebut, diantaranya konsorsium Pacific Medco Solar Energy Medco Power with Consortium partners, PacificLight Power Pte Ltd (PLP) and Gallant Venture Ltd, a Salim Group company, Adaro Green, dan TBS Energi Utama.
Tan juga menyebut, dengan progres lima perusahaan di atas yang menunjukkan hasil baik, maka EMA akan memberikan persetujuan bersyarat tambahan untuk dua proyek lainnya, untuk Total Energies RGE dan Shell Vena Energy Consortium.
“Kedua proyek ini akan mengekspor 1,4 GW tambahan listrik rendah karbon dari Indonesia ke Singapura,” ucapnya.
Sama seperti Luhut, dia juga menyebut bahwa ekspor listrik ke Singapura juga akan memacu pendirian pabrik-pabrik yang memproduksi solar PV dan sistem penyimpanan energi baterai di Indonesia.
“Pendapatan dari ekspor listrik ke Singapura juga dapat digunakan untuk mengkatalisasi lebih banyak proyek energi terbarukan untuk mempercepat perjalanan dekarbonisasi Indonesia,” kata dia.
5. Dimulai 2028
Adapun ekspor listrik ke Singapura dilakukan mulai 2028 sebesar 3,4 gigawatt (GW) yang dimulai pada 2028. Jumlah ini akan dipasok dari tujuh perusahaan yang telah mendapatkan persetujuan bersyarat.
Namun hingga saat ini baru ada lima perusahaan yang mengantongi izin. Sementara dua perusahaan lainnya direncanakan ekspor mulai 2030.