IRENA: Energi Terbarukan ASEAN Bertambah 5,2 GW di 2024
International Renewable Energy Agency (IRENA) menyebut Asia Tenggara sebagai pusat inovasi energi terbarukan seiring dengan penambahan kapasitas hingga 5,2 gigawatt (GW) pembangkit bersih pada tahun lalu.
Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera menegaskan kendati ada penambahan kapasitas energi terbarukan yang signifikan, ia menilai capaian tersebut belum memenuhi target Perjanjian Paris. Ia menyebut negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, perlu mempercepat adopsi energi terbarukan.
“Total kumulatif pembangkit EBT di ASEAN mencapai 130 gigawatt. Ini kemajuan yang menggembirakan, tetapi laju pertumbuhannya masih harus ditingkatkan untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris,” kata La Camera, di forum Singapore International Energy Week (SIEW), Senin (27/10)/
Menurut laporan terbaru IRENA, dunia menambah kapasitas energi terbarukan sebesar 518 gigawatt pada 2024, naik 15% dari tahun sebelumnya. Namun, untuk mencapai target global, kapasitas baru yang dipasang setiap tahun perlu meningkat menjadi lebih dari 1.100 gigawatt hingga 2030, atau hampir dua kali lipat dari tingkat saat ini.
La Camera menekankan bahwa meskipun tenaga surya masih menjadi sumber dominan, teknologi lain seperti angin, bioenergi, dan panas bumi perlu tumbuh lebih cepat. “Setiap teknologi membawa kekuatan tersendiri — dari stabilitas, fleksibilitas, hingga keamanan energi regional,” ujarnya.
Dari sisi investasi, IRENA mencatat bahwa investasi global dalam energi terbarukan mencapai rekor US$624 miliar pada 2024, naik 7% dari tahun sebelumnya. Namun, untuk memenuhi target iklim dan energi global, investasi tahunan perlu meningkat lebih dari dua kali lipat antara 2025 hingga 2030.
Sebagai bagian dari upaya memperkuat kerja sama kawasan, IRENA meluncurkan kemitraan baru bernama Accelerated Partnership for Renewable Energy and Service Test Guide (APRESA). Inisiatif ini sejalan dengan ASEAN Plan of Action on Energy Cooperation 2026–2030 dan proyek ASEAN Power Grid, yang bertujuan memperkuat konektivitas dan ketahanan energi lintas negara.
“Melalui APRESA, kami ingin membantu negara-negara ASEAN mempercepat investasi energi terbarukan dan menciptakan nilai ekonomi lokal,” kata La Camera.
Ia menambahkan, momentum global menuju energi bersih kini tak terbendung. Tahun lalu, 90% kapasitas listrik baru di dunia berasal dari energi terbarukan. Pada 2025 kapasitas tambahan diperkirakan mencapai 700 gigawatt, dua kali lipat dari total yang dibangun dalam 70 tahun terakhir.
“Transisi energi sedang terjadi, dan akan terus berakselerasi. Kita belum pernah sedekat ini dengan jalur yang konsisten dengan Perjanjian Paris,” tegas La Camera.
