Potensi Investasi Green Data Center Terhambat Pasokan Energi Terbarukan
Keterbatasan pasokan energi terbarukan dinilai menghambat minat investor untuk membangun green data center di kawasan industri.
Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Antar lembaha Himpunan Kawasan Industri (HKI) Didik Prasetiyono mengatakan industri green data center hyperscale banyak menyasar kawasan industri. Sayangnya, pasokan EBT dan kesiapan infrastruktur seperti air untuk sistem pendinginan masih menjadi kendala.
“Masalahnya, energi hijau ini tidak tersedia. Sekalipun tersedia, tidak cukup kapasitasnya,” kata Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Antar Lembaga HKI Didik Prasetiyono, dalam acara yang sama.
Sementara itu, Direktur Jenderal Teknologi Pemerintah Digital Komdigi Kementerian Kominfo Mira Tayyiba, mengatakan permintaan global terhadap green data center semakin tinggi. “Pemain [pusat data] global, terutama hyperscale, mereka maunya energi bersih. Mereka sudah punya roadmap,” katanya dalam acara ‘Advancing Green Data Centers in Indonesia’ di Jakarta, Rabu, (5/11).
Mira menyebut pusat data berkelanjutan mengadopsi skema efisiensi penggunaan energi dan meminimalisir dampak lingkungan. Dalam aspek energi, salah satu yang menjadi fokus adalah EBT. Sementara di aspek lingkungan yang menjadi fokus seperti kebutuhan pasokan air untuk sistem pendinginan, pengelolaan limbah elektronik, hingga lokasi dengan risiko bencana alam. Sayangnya, Indonesia belum memiliki panduan maupun regulasi yang mengatur konsep pusat data hijau.
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Mada Ayu Habsari mengatakan keterbatasan pasokan energi bersih di Indonesia membuat investor tidak memiliki opsi untuk berinvestasi. Berdasarkan studi yang dirilis oleh konsorsium CSIS, Tenggara Strategics, Universitas Prasetiya Mulya, UMBRA - Strategic Legal Solutions, dan AESI, keterbatasan energi bersih bahkan juga terjadi di dua lokasi prioritas yakni Jakarta dan Batam. Selain itu, wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN), Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara juga dinilai menjadi lokasi prioritas pengembangan data center.
Di Kawasan Industri MM2100 misalnya kapasitas PLTS terpasang hanya 182 MW, sedangkan di Batam ada potensi kapasitas 1.500 MW dari panel surya terapung. Padahal pada 2035, kebutuhan kapasitas pusat data di Jakarta bakal melonjak tiga kali lipat dibanding tahun ini, yaitu mencapai 6,82 TWh. Sedangkan di Batam melonjak tujuh kali lipat mencapai 2,49 TWh.
