Indonesia Butuh US$ 45,5 Miliar Investasi Hijau
Indonesia diperkirakan membutuhkan investasi hingga US$ 45,4 miliar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan demi mencapai net zero emission di 2060 atau lebih cepat.
Direktur Promosi Investasi Wilayah Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru, dan Pasifik Kementerian Investasi/BKPM Saribua Siahaan sektor swasta bisa berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan investasi lestari. Ia menyebut investasi hijau harus dilakukan secara ramah lingkungan, berkomitmen mendidik tenaga kerja lokal, melakukan transfer teknologi, dan melakukan hilirisasi produk.
Saribua menyebut investasi lestari di Indonesia akan fokus di tiga isu. Pertama, hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam. Kedua, optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau. Ketiga, UMKM naik kelas.
“Sektor perkebunan, kelautan, perikanan dan kehutanan juga masuk ke dalam sektor prioritas untuk digenjot investasinya,” katanya, dalam pembukaan Festival Lestari di Kabupaten Sigi, Jumat (23/6).
Saribua mengatakan BKPM meluncurkan Panduan Investasi Lestari bersama dengan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan Koalisi Ekonomi Membumi. Ini menjadi titik awal inovasi untuk menjawab permintaan dunia bisnis menuju praktik ekonomi berkelanjutan. Panduan ini dapat dipakai oleh berbagai pihak, khususnya investor, bisnis, dan pemerintah.
Menurut Saribua, BKPM juga menyusun Peta Peluang Investasi (PPI) yang memuat berbagai potensi daerah yang siap ditawarkan sebagai peluang investasi. Penyusunan proyek investasi di dalamnya turut memperhatikan aspek berkelanjutan.
Festival Lestari yang digelar di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah ini merupakan agenda rutin tahunan yang sudah memasuki tahun kelima. Sebagai tuan rumah, Kabupaten Sigi mengincar investasi hijau untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Laporan World Resource Institute (WRI) pada 2019 memperkirakan bahwa investasi global di sektor inovasi berbasis alam mencapai US$ 1,8 triliun dan akan menghasilkan US$7,1 triliun di 2030.
Wakil Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Ma'mun Amir mengatakan Pemprov ingin mendiversifikasikan investasi yang masuk dan memperbesar porsi investasi hijau. "Kami ingin mempercepat peralihan ke ekonomi hijau, serta mencapai tujuan pembangunan lestari,” katanya.
Menurut Ma'mun, Sulawesi Tengah memiliki potensi besar di sektor keberlanjutan yang bisa menjadi daya tarik investor. Wilayah ini kaya akan komoditas seperti kopi, durian, kakao, dan vanili serta ditopang oleh kekayaan wisata alam dan budaya. Salah satu potensinya yakni Cagar Biosfer Lore Lindu yang merupakan salah satu situs megalitikum tertua di dunia. Kawasan seluas 1,6 juta hektare ini merupakan salah satu dari 19 cagar biosfer di Indonesia.
Bupati Kabupaten Sigi sekaligus Pengurus LTKL Mohamad Irwan Lapatta mengatakan Festival Lestari menjadi momentum untuk bangkit setelah bencana gempa besar, likuifaksi, dan pandemi Covid-19. Apalagi menurutnya, Pemkab Sigi sudah mengusung konsep pembangunan Sigi Hijau sejak tahun 2019.