UNEP: US$7 T Dihabiskan untuk Investasi yang Memicu Perubahan Iklim
Laporan dari Badan Lingkungan PBB atau UN Environment Programme (UNEP) menyebut hampir US$ 7 triliun dana publik dan swasta dikucurkan setiap tahun untuk mendukung kegiatan yang merusak alam dan menyebabkan perubahan iklim. Nilai investasi ini sekitar 30 kali lipat dari uang yang dihabiskan untuk solusi berbasis alam.
Meskipun telah ada seruan selama beberapa dekade untuk mengakhiri aliran dana ke sektor-sektor yang merugikan beberapa aset paling berharga bagi umat manusia, investasi-investasi tersebut saat ini mencapai 7% dari Produk Domestik (PDB) global.
Laporan UNEP diluncurkan di sela-sela KTT Iklim PBB COP28 di Dubai, pada Sabtu (9/12). Seruan untuk mengakhiri ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil dan menuntut ganti rugi atas 'kerugian dan kerusakan' dapat didengar di tempat ikonik Expo City di Dubai.
Laporan berjudul "State of Finance for Nature" tahun ini merupakan survei pertama yang berfokus pada apa yang dikenal sebagai aliran dana yang merugikan alam. Laporan ini juga menggarisbawahi urgensi untuk mengatasi krisis perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan degradasi lahan yang saling terkait.
Sebanyak US$5 triliun dari aliran dana negatif terhadap alam ini berasal dari sektor swasta. Nilai investasi ini 140 kali lebih besar daripada investasi swasta untuk solusi berbasis alam. Hampir setengahnya hanya berasal dari lima industri: konstruksi, utilitas listrik, real estat, minyak dan gas, serta makanan dan tembakau.
Pembiayaan untuk Penghijauan
Salah satu mitra UNEP yang berkontribusi dalam laporan ini adalah Global Canopy, sebuah organisasi nirlaba berbasis data yang menargetkan penggerak pasar yang berdampak negatif terhadap alam.
Direktur Eksekutif Global Canopy Niki Mardas mengatakan kepada UN News bahwa ada sekelompok perusahaan atau lembaga keuangan yang mungkin melakukan investasi positif terhadap alam dan mempromosikannya secara besar-besaran. "Namun, mereka tidak menyatakan dengan jelas paparan mereka terhadap [investasi] negatif terhadap alam, terutama ketika hal itu terjadi dalam rantai pasokan mereka," ujar Mardas.
Meskipun perusahaan-perusahaan ini harus terus melakukan investasi positif, mereka juga perlu melakukan pekerjaan yang sulit dan rumit untuk memahami bagaimana mereka mendorong masalah tersebut.
"Mereka harus mulai mengatasinya. Bukan dengan keluar dan bukan dengan melakukan divestasi, tetapi dengan melibatkan perusahaan-perusahaan dalam portofolio mereka, dengan melibatkan perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok mereka sehingga mereka mengubah operasi dan perilaku mereka," kata Mardas.
Mardas memberikan contoh upaya melawan deforestasi, yang merupakan "jantung" dari setiap upaya untuk mencapai net zero emission. Namun, hanya 20 persen dari lebih dari 700 lembaga keuangan yang membuat komitmen net zero emission sebagai bagian dari Aliansi Keuangan Glasgow yang "telah melakukan tindakan apa pun terhadap deforestasi."
"Satu-satunya tindakan terbesar yang dapat kita lakukan untuk alam, iklim, dan manusia adalah dengan melakukan pembiayaan hijau. Kita perlu membiayai secara hijau, tetapi kita juga perlu menghijaukan keuangan sebesar US$7 triliun tersebut. Jika tidak, kita akan selalu terjebak dalam lingkaran ini," ujarnya.
Upaya Membalikkan Keadaan
Dalam sebuah konferensi pers di Dubai, Kepala UNEP's Nature for Climate Branch Mirey Atallah mengatakan bahwa laporan ini menunjukkan bahwa krisis iklim masih melampaui upaya untuk mengatasinya.
Ia mengatakan bahwa keuangan adalah pendorong utama. "Tanpa uang yang mengalir ke arah yang benar, kita tidak dapat mencapai target yang telah kita tetapkan pada KTT Bumi di Rio tahun 1992 untuk mengatasi tantangan perubahan iklim, penggurunan, dan hilangnya keanekaragaman hayati yang saling terkait," ujar Atallah.
Meskipun laporan tersebut mungkin memberikan kesimpulan yang sangat serius, Atallah mengatakan bahwa UNEP ingin menggunakan data tersebut untuk menunjukkan bahwa uang yang digunakan untuk merusak alam dapat dan harus dialihkan untuk memberikan dampak positif. Ia menekankan bahwa COP28 harus menjadi titik balik.
Dalam wawancara dengan UN News, pejabat UNEP tersebut mengatakan bahwa kekurangan dana yang kronis untuk solusi berbasis alam bukan karena kurangnya dana. Hal itu terjadi karena uang tersebut mengalir ke arah yang salah.
Ia mengatakan bahwa meyakinkan perusahaan-perusahaan swasta untuk melakukan investasi yang tepat membutuhkan kerangka hukum yang diperlukan untuk mendukung pengarahan dana ke arah solusi-solusi yang positif bagi alam.
Atallah mencatat bahwa beberapa lembaga keuangan swasta telah mulai mempertimbangkan dampak iklim saat memberikan pinjaman, yang dapat membantu mengubah arus investasi.