Mengenal Resesi Ekonomi, Penyebab dan Dampaknya
Resesi ekonomi adalah istilah ekonomi yang kerap disebut-sebut sejak pandemi Covid-19 melanda dunia. Resesi ekonomi kerap digaungkan sebagai hal yang ditakuti negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resesi ekonomi adalah kelesuan kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti) atau menurunnya kegiatan dagang (industri). Secara teknikal, resesi adalah saat pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan.
Sementara, mengutip The Balance, resesi ekonomi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung dalam beberapa bulan, umumnya dalam tiga bulan lebih. Dikutip dari laman lama resmi ojk.go.id, resesi ekonomi atau resesi adalah suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk.
Ini ditandai adanya penurunan produk domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Sejumlah indikator yang bisa digunakan suatu negara dalam keadaan resesi ekonomi antara lain terjadi penurunan pada PDB, merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur.
Saat resesi ekonomi terjadi, artinya pertumbuhan ekonomi hanya sampai 0 persen, bahkan minus dalam kondisi terburuknya. Pertumbuhan ekonomi selama ini jadi indikator utama dalam mengukur perkembangan dan kemajuan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditandai dengan naiknya PDB.
Penyebab Resesi Ekonomi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya resesi ekonomi pada suatu negara. Adapun penyebab resesi ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Inflasi
Inflasi adalah proses meningkatnya harga secara terus-menerus. Sebenarnya, inflasi bukanlah hal yang buruk. Namun inflasi yang berlebihan juga merupakan salah sat tanda resesi ekonomi.
2. Deflasi Berlebihan
Meskipun inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan resesi ekonomi, deflasi juga dapat memberikan dampak yang lebih buruk. Deflasi merupakan kondisi saat harga turun dari waktu ke waktu dan yang menyebabkan upah menyusut, kemudian menekan harga.
Deflasi lebih berdampak kepada para pemilik usaha (penyedia barang maupun jasa). Ketika individu dan unit bisnis kemudian berhenti mengeluarkan uang, hal ini kemudian akan berdampak pada rusaknya ekonomi.
3. Nilai impor lebih besar dari Ekspor
Negara yang tidak dapat memproduksi kebutuhannya sendiri kemudian mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, negara yang memiliki kelebihan produksi dapat mengekspor ke negara yang membutuhkan komoditas tersebut. Sayangnya, nilai impor yang lebih besar dari nilai ekspor dapat berdampak pada perekonomian yaitu defisitnya anggaran negara.
4. Tingkat Pengangguran Tinggi
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang berperan penting dalam penggerak perekonomian. Jika suatu negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang berkualitas bagi para tenaga kerja lokal, maka tingkat pengangguran meningkat. Risikonya adalah tingginya tingkat kriminal guna memenuhi kebutuhan hidup.
5. Gelembung Aset
Salah satu penyebab resesi ekonomi adalah gelembung aset. Banyaknya investor yang panik biasanya akan segera menjual sahamnya yang kemudian memicu resesi ekonomi.
Gelembung asset kerap disebut sebagai ‘kegembiraan irasional’. Kegembiraan ini menggembungkan pasar saham dan real estate, sehingga akhirnya gelembung tersebut pecah dan terjadilah panic selling dapat menghancurkan pasar yang kemudian menjadi penyebab resesi.
6. Guncangan Ekonomi yang Mendadak
Guncangan ekonomi yang mendadak dapat memicu resesi ekonomi serta berbagai masalah ekonomi yang serius. Mulai dari tumpukan utang yang secara individu maupun perusahaan.
Banyak utang yang dimiliki kemudian otomatis membuat biaya pelunasannya juga meninggi. Biaya dalam melunasi hutang tersebut lama-lama akan meningkat ke titik dimana mereka tidak dapat melunasinya lagi.
7. Produksi dan Konsumsi Tidak Seimbang
Keseimbangan konsumsi dan produksi menjadi dasar pertumbuhan ekonomi. Di saat produksi dan konsumsi tidak seimbang, maka terjadilah masalah dalam siklus ekonomi.
Tingginya produksi yang tidak dibarengi dengan konsumsi akan berakibat pada penumpukan stok persediaan barang. Namun rendahnya konsumsi sementara kebutuhan kian tinggi akan mendorong terjadinya impor.
Hal ini kemudian akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal.
8. Pertumbuhan Ekonomi Merosot
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikasi yang digunakan dalam menentukan baik tidaknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat.
Begitu pula sebaliknya, jika PDB mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami resesi.
9. Perkembangan Teknologi
Berkembangnya teknologi juga menyumbang faktor terjadinya resesi ekonomi. Sebagai contoh pada abad ke-19, terjadi gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja.
Revolusi yang dinamakan juga revolusi industri ini kemudian membuat seluruh profesi menjadi usang, dan memicu resesi ekonomi. Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa Artificial Intelligence (AI) dan robot akan menyebabkan resesi ekonomi, lantaran banyak pekerja kehilangan mata pencahariannya.
Dampak Resesi Ekonomi
Resesi ekonomi adalah kondisi yang tidak menguntungkan bagi perekonomian. Saat resesi ekonomi terjadi, hampir semua jenis bisnis baik yang berskala besar maupun berskala kecil akan terkena dampaknya.
Secara umum, dampak dari resesi ekonomi adalah adanya perlambatan ekonomi yang akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya, sehingga mendorong kenaikan pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan, beberapa perusahaan mungkin mengalami kebangkrutan.
Selain itu, kinerja instrumen investasi juga akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya dalam bentuk investasi yang aman. Ekonomi yang semakin sulit pasti berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena mereka akan lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu.
Bagi pemerintah, dampak dari resesi ekonomi adalah pinjaman pemerintah akan melonjak tinggi. Sebab. pemerintah di setiap negara membutuhkan dana yang cukup untuk membiayai berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan upaya pembangunan negara. Sumber pendapatan negara yang berasal dari pajak dan nonpajak juga menjadi sangat rendah.
Sebab, saat resesi pekerja menerima penghasilan lebih rendah, sehingga pemerintah menerima pajak penghasilan yang lebih rendah. Di sisi lain, pembangunan tetap dituntut untuk terus dilakukan di berbagai sektor pemerintahan termasuk dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya.