Hosni Mubarak, Penguasa Mesir yang Ditumbangkan Revolusi Arab

Hari Widowati
26 Februari 2020, 15:49
Ribuan pengunjuk rasa berbondong-bondong ke Lapangan Tahrir Kairo, Mesir, untuk demonstrasi menurunkan Hosni Mubarak, 22/11/ 2011.
Hang Dinh/123RF.com
Ribuan pengunjuk rasa berbondong-bondong ke Lapangan Tahrir Kairo, Mesir, untuk demonstrasi menurunkan Hosni Mubarak, 22/11/ 2011.

Hosni juga pernah lolos dari upaya percobaan pembunuhan saat ia sedang berkunjung ke Etiopia pada 1995. Nasib baik masih berpihak kepadanya ketika terjadi upaya percobaan pembunuhan yang kedua kali pada 1999. Tikaman pisau dari penyerangnya membuat Hosni terluka meski tidak parah.

Pria yang sering disebut sebagai diktator oleh pihak oposisi itu kembali menang dalam Pemilu 1999 sebagai calon tunggal. Ia juga menang dalam Pemilu 2005 yang merupakan pemilihan presiden pertama dengan banyak kandidat di Mesir. Pada pemilu yang terakhir itu, banyak pihak menuding adanya kecurangan dan kurangnya partisipasi publik sehingga Hosni bisa kembali berkuasa.

(Baca: Korban Tewas Virus Corona Tembus 2.700, Kasus Merebak di Timur Tengah)

Digulingkan Gerakan Revolusi Arab

Jumlah penduduk Mesir tumbuh hampir dua kali lipat di masa pemerintahan Mubarak tetapi sebagian besar berada dalam kemiskinan. Padahal, dahulu di bawah pemerintahan Gamal Abdul Nasser, Mesir pernah disandingkan dengan Turki atau Korea Selatan.

Seperti dilansir Reuters, pada dekade terakhir pemerintahannya, pertumbuhan ekonomi didorong oleh reformasi pasar yang berjalan di bawah pengawasan anaknya, Gamal Mubarak. Namun, pemerintahan Hosni menghadapi masalah korupsi yang menyebabkan kekayaan hanya dinikmati oleh kaum elite yang ada di lingkaran pemerintahan, militer, dan para pendukung Partai Demokratik Nasional.

Pada 2010, Partai Demokratik Nasional yakin bisa meraih 90% kursi di pemilu legislatif dan menyingkirkan Ikhwanul Muslimin dari parlemen. Hal ini memicu kemarahan publik. Unjuk rasa diikuti ratusan hingga ribuan massa berlangsung di Lapangan Tahrir, Kairo.

Pada awalnya, Hosni Mubarak membiarkan saja unjuk rasa itu terjadi. Ketika para jenderal mulai meninggalkannya dan AS mendukung para pengunjuk rasa, ia mulai represif dan sempat berpikir untuk mundur. Yang terjadi kemudian, ia malah pergi ke rumah peristirahatannya di Laut Merah. "Mesir dan saya tidak boleh dipisahkan hingga saya mati," kata Hosni Mubarak, seperti dikutip Reuters.

(Baca: PM Mahathir Mohamad Mengundurkan Diri, Bursa Saham Malaysia Turun 2,5%)

Hosni ditangkap dua bulan kemudian. Kasusnya mulai disidangkan pada Agustus 2011. Pada 2 Juni 2012, Hosni divonis hukuman penjara seumur hidup karena berkonspirasi untuk membunuh para pengunjuk rasa. Ia dikirim ke Penjara Tora di Kairo kemudian dipindahkan ke RS Militer Maadi karena kondisi kesehatannya menurun.

Pada tahun itu pula, Mohamed Mursi terpilih menjadi presiden Mesir. Masa jabatan Mursi tak berumur panjang. Setahun kemudian ia dikudeta oleh pemimpin militer, Abdel Fattah al-Sisi.

Pemerintahan al-Sisi ternyata lebih kejam dibandingkan pemerintahan Mubarak dalam memerangi gerakan Ikhwanul Muslimin. Hukuman penjara Hosni dicabut pada 2014. Tiga tahun kemudian, ia diperbolehkan kembali menempati rumahnya yang berada di kawasan elite Heliopolis, tidak jauh dari Istana Kepresidenan yang pernah ditempatinya selama tiga dekade.

(Baca: Mahathir Mohamad, Bapak Pembangunan & Politisi Kontroversial Malaysia)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...