Kembalinya Andi Widjajanto ke Lingkaran Jokowi di Gubernur Lemhannas
Andi Widjajanto terpental dari jajaran Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo lima setengah tahun lalu. Tapi hari ini, Jokowi membawa kembali bekas tim sukses pemilihan presidennya itu ke lingkaran dekatnya. Pagi tadi Andi ditabalkan sebagai Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional alias Lemhannas.
“Demi Allah saya bersumpah akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi dharma bakti saya kepada bangsa dan negara,” kata Andi mengikuti sumpah yang dibacakan Jokowi, Senin (21/2/2022).
Andi mengucapkan janji tersebut sebagai tanda sah menggantikan Gubernur Lemhanas sebelumnya, Agus Widjojo, yang menjadi Duta Duta Besar Indonesia untuk Filipina sejak Januari lalu. Sumpah tadi diucapkan bersama Arief Prasetyo Adi sebagai Kepala Badan Pangan Nasional.
Lemhannas RI merupakan lembaga pemerintah non-kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Tentu dalam struktur ini ada menteri yang menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan kementerian terkait pemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan.
Dengan jabatan barunya, Andi tercatat sebagai Gubernur Lemhanas ke-4 yang berasal dari sipil. Kursi Gubernur Lemhanas ini juga dapat kembali lebih mendekatkan Andi dengan Jokowi, setelah dia dicopot sebagai Sekretaris Kabinet pada Agustus 2015, buntut dari ketegangan politik saat itu.
Jejak Andi Widjajanto di Lingkaran Presiden Jokowi
Andi Widjajanto lahir pada 3 September 1971 sebagai putra dari seorang Mayjen TNI (Purn) Theo Syafei. Ayahnya adalah mantan Pangdam IX/Udayana sekaligus politikus senior PDI Perjuangan yang dekat dengan Megawati Soekarnoputri.
Keikutsertaannya di kancah politik dimulai pada 2014, ketika Andi bergabung sebagai anggota tim sukses Jokowi yang ditunjuk oleh Ketua Umum PDI Perjuangan dan disetujui Jokowi. Sebagai sekretaris tim sukses, Andi turut menyusun visi-misi dari calon presiden dan wakil presiden tersebut.
Marcus Mietzner, peneliti dari Australia National University menilai bahwa peran Andi sebagai tim sukses cukup vital. Konsep kampanye hingga bahan debat yang digunakan Jokowi pada masanya merupakan hasil pemikiran Andi. Mietzner menilai Andi cukup cakap dalam berdiskusi tentang pertahanan, terkait dengan program Jokowi dalam debat tersebut.
Ketika Jokowi terpilih menjadi presiden di 2014, Andi diangkat sebagai Deputi Tim Transisi, untuk mempersiapkan peralihan pemerintahan dari presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono. Bersama dengan tiga orang deputi lainnya, tim ini bertugas menyaring calon menteri, membahas RAPBN 2015, menyiapkan arsitektur kabinet Jokowi-Jusuf Kalla, hingga mengkonsep reformasi birokrasi.
Sukses sebagai Deputi Tim Transisi, kariernya berlanjut menjadi Sekretaris Kabinet pada periode 2014-2015. Walau dicopot dari Sekretaris Kabinet di 2015, Jokowi masih mempercayai lelaki 50 tahun ini sebagai Penasihat Senior Kepala Staf Kepresidenan (KSP).
Andi Widjajanto Memulai Karier Sebagai Akademisi
Sebelum berkutat di politik praktis, Andi dikenal sebagai seorang akademisi yang fokus mengamati militer. Ia pernah menjadi dosen tetap bahkan ketua jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI), dosen di Sekolah Staf dan Komando TNI (Sesko TNI), hingga terakhir menjabat koordinator dari Laboratorium Indonesia 2045 (LAB45), sebuah lembaga kajian yang berkonsentrasi pada perkembangan seputar politik keamanan dan ekonomi politik.
Latar belakang pendidikan Andi terbentang luas. Mulanya ia menyelesaikan pendidikan sarjana pada 1996 di jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia. Kemudian Andi melanjutkan pendidikan pascasarjana di empat universitas mancanegara, yaitu National Defense University, Washington DC, Amerika Serikat tahun 2003.
Kemudian di juga mengenyam pendidika di School of Oriental and African Studies (SOAS), University of London. Di sana ia belajar mengenai hubungan internasional dan pertahanan.
Bersamaan dengan itu, Andi memegang gelar Master of Sciences (M. Sc.) dari London School of Economics and Political Science (LSE), Inggris dan Ph.D dari S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Singapura.
Pengalaman Andi sebagai akademisi juga bisa ditarik dari keterlibatannya sebagai Koordinator di Gerakan Non Blok Study Center. Sebagai seorang akademisi dan peneliti, ia sempat menjadi dewan editor dari jurnal politik internasional Global.
Selain itu, Andi pernah menjabat Managing Director di Pusat Kajian Global Civil Society (PACIVIS) UI. Jabatan tersebut ia emban hingga diangkat sebagai Direktur Eksekutif PACIVIS dan Direktur Ekonomi Pertahanan di Institut Pertahanan dan Studi Keamanan Universitas Indonesia.
Andi juga sering dilibatkan dalam komunitas-komunitas ilmiah lainnya. Pada 2000, dia anggota delegasi Indonesia dalam ASEAN plus Three Forum Pemimpin Muda. Dalam forum ini, Andi menyajikan makalah tentang perdamaian untuk Asia Timur. Setahun berikutnya, ia menjadi Delegasi Indonesia dalam forum “1st Majelis Rakyat ASEAN” yang bertujuan menciptakan jaringan antara organisasi masyarakat sipil di ASEAN.
Di tahun yang sama, ia juga mewakili Indonesia dalam ‘4th ASEAN University Jaringan Forum” dan menyajikan makalah berjudul ‘Pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN”.
Berkali-kali namanya dipercaya sebagai pengamat dari militer nasional. Pada 2002, Andi bergabung dalam gugus tugas yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Sesko TNI untuk meninjau doktrin militer Indonesia. Ia juga menjadi bagian gugus tugas hasil kerja sama dari Studi Pemerintah Daerah (LOGOS) dan Angkatan BErsenjata Teritorial Kepala Staf untuk mengubah komando teritorial Indonesia selama tahun 2001 hingga 2002.
Di saat yang bersamaan, Andi menjadi anggota Satuan Tugas Keamanan Nasional (National Security Task Force) yang dibentuk oleh Pro Patria. Berbeda dengan dua gugus tugas lain, kali ini ia merumuskan rancangan keuangan Polri, pertahanan, angkatan bersenjata, dan meninjau pertahanan strategis Indonesia di 2001 hingga 2002. Sembari tergabung dalam gugus tugas ini, ia tetap meneliti di Institut Penelitian untuk Demokrasi dan Perdamaian dengan tujuan menganalisis dinamika keamanan di Asia Tenggara.
Andi bergabung dalam kegiatan Pro Patria kembali pada 2003 hingga 2006. Posisinya sebagai anggota Kelompok Kerja Indonesia untuk Reformasi Sektor Keamanan untuk meninjau strategi keamanan nasional di tahun-tahun tersebut. Dalam kurun 2005-2006, Andi bergabung dalam Kelompok Kerja Indonesia di Militer Restrukturisasi Bisnis yang diadakan Indonesia Institute untuk merekomendasikan kebijakan dalam restrukturisasi bisnis militer di Indonesia.
Tidak hanya menjadi anggota, Andi juga menjadi koordinator proyek dan Fasilitator Kelompok Kerja Indonesia untuk Reformasi Intelijen, yang diselenggarakan oleh PACIVIS UI selama 2005-2006 terkait rumusan RUU Intelijen Nasional.