Dino Patti Djalal, Eks Dubes Rumahnya Jadi Markas Penipuan Online
Awal pekan ini, eks Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal melaporkan dugaan penyalahgunaan rumahnya oleh sejumlah orang. Rumah yang berada di Jalan Kemang, Jakarta Selatan, tersebut sempat menjadi markas sindikat penipuan online internasional.
Kabar ini ia siarkan dalam Instagram pribadinya, @dinopattidjalal, setelah tahu ada tagihan listrik yang belum dibayar. Ia menjelaskan rumah tersebut disewakan bagi seorang warga yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk.
Tapi menilik barang yang tertinggal di rumah, Dino menduga penghuni rumahnya ini adalah imigran berbahasa Mandarin. “Dari jumlah tempat tidur yang terlihat, rumah ditinggali sekitar 30 orang,” tulis Dino. “Para penjahat ini semuanya sudah kabur dan rumah sudah kosong, ditinggal dalam keadaan rusak.”
Setelah melapor ke pihak kepolisian, ternyata KTP atas nama Julio Saputro yang dipakai sebagai identitas penyewa terbukti palsu. Polisi telah memverifikasi identitas tersebut, hasilnya nama itu bukan nama sebenarnya tapi foto yang tertera asli.
Dino menulis, warga Lampung tersebut pernah menemui dirinya untuk menandatangani kontrak sewa rumah.
Mengikuti Jejak Orangtua Sebagai Diplomat
Mantan dubes ini sejak kecil sudah tinggal berpindah-pindah negara karena orang tuanya berprofesi sebagai diplomat. Keluarganya pernah tinggal di Jakarta, Singapura, New York, hingga Guinea.
Dino lahir di Yugoslavia pada 10 September 1965. Ia sempat mengalami perang dingin Yugoslavia, sehingga orangtuanya memboyong Dino kecil kembali ke Tanah Air. Jenjang pendidikan sekolah dasar hingga menengah pertama ia tamatkan di Sekolah Islam Al Azhar.
Di bangku sekolah menengah atas, Dino mulai merantau ke Amerika Serikat sebagai siswa McLean High School. Perantauan ini terus berlanjut hingga ia memperoleh gelar doktor.
Dino tercatat mendapat gelar sarjana Ilmu Politik dari Universitas Carleton, Kanada, kemudian pendidikan master dari Universitas Simon Fraser di bidang dan negara yang sama. Studi doktoral ia fokuskan ke ilmu Hubungan Internasional di London School of Economics and Political Science, Inggris.
Lelaki ini kemudian bergabung dalam Kementerian Luar Negeri pada 1987. Melansir laman pribadinya, Dino pernah ditempatkan di London, Dili, hingga Washington DC. Namanya mulai melejit saat bertugas sebagai juru bicara Satuan Tugas untuk Pelaksanaan Jajak pendapat di Timor Timur pada 1999.
Bersama dengan Robert Scher dari Pentagon, Amerika, Dino menggagas “US-Indonesia Security Dialog” pada 2001. Ini adalah program konsultasi bilateral tahunan untuk masalah keamanan dan pertahanan. Pada 2002, dia duduk sebagai Direktur Jenderal di Direktorat Amerika Utara.
Masuk ke Lingkaran Presiden
Dua tahun berselang, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Dino sebagai staf khusus presiden bidang hubungan internasional. Ada banyak pekerjaan yang ia lakukan sebagai stafsus, yaitu juru bicara kepresidenan, penasihat kebijakan luar negeri, hingga menulis pidato presiden.
“Dino menjalankan jabatan ini selama enam tahun hingga 2010,” tulis laman pribadinya, “menjadikan Dino sebagai juru bicara kepresidenan terlama sepanjang sejarah.”
Lepas dari jabatan staf khusus presiden, ia didapuk sebagai duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat dari 2010 hingga 2013. Sebagai duta besar, Dino berhasil mengangkat hubungan bilateral menjadi Kemitraan Komprehensif.
Awal 2014, Dino mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat yang kala itu menjadi partai penguasa di bawah kepemimpinan SBY. Ia maju sebagai calon independen, bukan sebagai kader partai tersebut.
Jalannya kemudian beralih pada Juni 2014, saat diangkat menjadi Wakil Menteri Luar Negeri hingga Oktober. Tidak lama, Dino memutuskan untuk pensiun dari jabatan pemerintahan pada pertengahan 2015.
Kini namanya tercatat sebagai salah satu dewan penasehat World Resources Indonesia (WRI). Dino juga mendirikan Foreign Policy Community Indonesia atau FPCI pada 2015. Sesuai dengan latar belakang pendirinya, FPCI adalah organisasi kebijakan luar negeri.