Sejarah Pelonco, Kekerasan Senior di Lingkup Pendidikan

Aditya Widya Putri
11 Juni 2023, 10:29
Sejumlah mahasiswa menyalakan lampu pada gawainya saat Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) di Graha Widya Wisuda (GWW) IPB University, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/8/2022). Sebanyak 4.500 mahasiswa baru IPB University angkatan
ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/rwa.
Sejumlah mahasiswa menyalakan lampu pada gawainya saat Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) di Graha Widya Wisuda (GWW) IPB University, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/8/2022). Sebanyak 4.500 mahasiswa baru IPB University angkatan ke-59 dari berbagai daerah hingga mancanegara mengikuti MPKMB yang dilaksanakan secara luring dengan tujuan untuk memperkenalkan konsep-konsep pertanian modern yang akan menjadi bekal perkuliahan bagi mahasiswa baru.

Kasus perpeloncoan di dunia pendidikan kembali memakan korban. Aksi warisan feodalisme tersebut merenggut nyawa seorang mahasiswa Politeknik Caltex Riau (PCR) akibat tenggelam di Sungai Kampar, Riau.

Kronologi kejadian bermula saat korban, CAK (19) bersama tiga orang temannya diminta seniornya mandi di sungai dengan mata tertutup. CAK hanyut di sungai dan baru ditemukan lima hari pasca kejadian. Pihak kampus mengatakan acara perkemahan tersebut bukan kegiatan resmi kampus.

Aksi perpeloncoan yang memakan korban luka dan korban jiwa sudah terjadi berulang kali di Indonesia. Akarnya dimulai sejak zaman kolonial Belanda, berlanjut saat penjajahan Jepang. Namun perpeloncoan pada saat itu justru diawasi pihak sekolah, dengan aturan ketat, dan tak memakan korban.

Kolonialisme Belanda, Pelonco di Stovia

Melansir dari Historia, Mohammad Roem dalam Bunga Rampai dari Sejarah Jilid 3 mengisahkan pengalaman pelonco ketika masuk sekolah asrama, Stovia (Sekolah Dokter Bumiputera) pada tahun 1924.

Plonco kala itu dikenal dengan istilah “ontgroening”. Kata groen artinya hijau, melambangkan murid baru yang masih hijau. Ontgroening bertujuan untuk menghilangkan warna “hijau” tersebut.

“Dia harus diperlakukan agar dalam waktu singkat menjadi dewasa, berkenalan dengan teman-teman seluruh Stovia," kata Roem.

Di Stovia ontgroening berlangsung selama tiga bulan, namun tak boleh dilakukan saat waktu belajar dan waktu istirahat. Kegiatan ini diawasi secara ketat sehingga tak ada kejadian yang melampaui batas.

Materi ontgroening saat itu hanya seputar perkenalan latar belakang siswa. Roem menceritakan bahwa ia yang bersuku jawa diminta untuk menghafal aksara jawa secara urut dari belakang.

"Waktu (ontgroening) dibatasi … masih banyak waktu di luar itu (waktu belajar dan istirahat) dan memang suasana ramai selama 3 bulan pertam," ungkap Roem.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...