Bisnis Properti Lesu, Prapenjualan Agung Podomoro Anjlok 26%
Emiten properti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mencatat marketing sales atau prapenjualan Rp 1,4 trilun pada Januari-September 2019. Nilai tersebut anjlok 26% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,94 triliun.
Sekretaris Perusahaan Agung Podomoro Land Justini mengatakan, sepanjang tahun ini, perusahaan menargetkan marketing sales Rp 3 triliun. Namun realisasi pemasaran yang dicapai perseroan hingga sembilan bulan pertama 2019 baru mencapai 46% dari target.
Adapun marketing sales perusahaan terbesar disumbang oleh proyek Podomoro Park Bandung di Jawa Barat, Pomodoro Gold View di Medan, Sumatera Utara, dan Balikpapan, Kalimantan Timur.
(Baca: Agung Podomoro Land Dapat Dana Segar Rp 2,6 Triliun untuk Bayar Utang)
Justini menuturkan, meski bisnis properti ini tengah lesu, Agung Podomoro tak berencana merevisi target, melainkan berupaya memaksimalkan penjualan.
"Memang industri properti sedang sepi. Tiga bulan terakhir ini kami upayakan semaksimal mungkin melakukan penjualan," kata Justini saat ditemui usai RUPLB, di Jakarta, Selasa (5/11).
Dia pun berharap rencana pemindahan ibu kota baru ke wilayah Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur bisa turut menggairahkan bisnis properti perusahaan. Terlebih lagi, Agung Podomoro baru saja meneken perjanjian kerja sama sewa apartemen di Balikpapan dengan perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai.
(Baca: Dapat Pendanaan Agung Podomoro Pastikan Bayar Utang Rp 1,2 T Bulan Ini)
Rencananya, 200 unit apartemen akan disewakan untuk karyawan Hyundai. "Apartemen itu sebenarnya proyek lama. Memang sempat stop karena komoditas disana turun, bisnis tidak jalan. Tapi sejak ada isu itu, pasar mulai bergairah," ujarnya.
Pada semester I 2019, Agung Podomoro membukukan laba bersih sebesar Rp 142,4 miliar, tumbuh 25,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp113,1 miliar. Selama enam bulan pertama APLN mencatat total marketing sales sebesar Rp884,4 miliar.
Adapun pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp 1,96 triliun, atau turun 21,6% secara tahunan. Hal ini sejalan dengan anjloknya marketing sales perusahaan pada semester I sebesar 60,5% menjadi Rp 884,4 miliar.