Charoen Pokphand Tebar Dividen Rp 1,93 Triliun
Emiten pakan ternak, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp 1,93 triliun atau setara 42,49% dari laba bersih 2018. Hal ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perusahaan yang digelar Kamis (23/5).
Sepanjang 2018, perusahaan tercatat mengantongi laba bersih Rp 4,55 triliun, tumbuh 82,11% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 2,5 triliun. Dengan begitu, dividen yang diberikan kepada pemegang saham setara dengan Rp 118 per saham. "Mengenai jadwal pembagian dividen, cum dividen pada 10 Juni 2019, sedangkan pembayaran tunai akan dilakukan pada 18 Juni 2019," kata Presiden Direktur CPIN Tiju Thomas Effendy.
(Baca: Charoen Pokphand Anggarkan Rp 2,6 Triliun untuk Ekspansi Produksi)
Dengan pembagian tersebut, PT Charoen Pokphand Indonesia Group selaku pemegang saham mayoritas perusahaan, bakal mengantongi dividen Rp 1,07 triliun atas kepemilikan 9,10 miliar saham atau setara 55,53%. Sedangkan sisanya, bakal dibagikan ke pemegang saham publik.
Pada tahun lalu, perusahaan yang bergerak di bidang pakan ternak, peternakan unggas, dan pengolahan daging ayam ini membukukan peningkatan penjualan 9,3% menjadi Rp 53,96 triliun dari yang sebelumnya Rp 49,37 triliun. Lini usaha pakan ternak menyumbang pendapatan terbesar terhadap bisnis perseroan sebesar Rp 25,79 triliun, yang tahun lalu tumbuh 6,28% dibanding tahun sebelumnya.
Kementan Dorong Perlua
Untuk mendorong pertumbuhan industri pakan ternak dan efisiensi biaya produksi, Kementerian Pertanian sebelumnya menyatakan bakal mendorong pengusaha dan pemilik industri pakan ternak untuk memperluas jaringan pabriknya ke luar Jawa. Hal itu bisa menjadi salah satu alternatif untuk menekan biaya produksi pakan seiring meningkatnya harga jagung.
(Baca: Harga Jagung Naik, Harga Pakan Ternak Berpotensi Melonjak)
Menurut Kementerian, terpusatnya pabrik pakan di satu lokasi menyebabkan pabrikan harus menanggung ongkos distribusi dan logistiknya tambahan karena lokasinya yang kurang mendekat ke sentra bahan baku.
Padahal, keterjangkauan akses menjadi salah satu cara untuk menekan harga bahan baku, khususnya jagung. “Kami menghidupkan sentra produksi baru tetapi permintaan di daerah masih sedikit,” kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Gatot Irianto di Jakarta, Senin (1/10).
Karena itu, dia meminta supaya industri bergerak untuk mendekati sentra produksi jagung. Selain itu, pembangunan industri yang tersebar akan membuat perkembangan daerah lebih maju dan merata.