Pendapatan Turun, Indosat Rugi Rp 2,4 Triliun pada 2018
PT Indosat Tbk. (ISAT) mencatatkan kinerja negatif dengan rugi bersih senilai Rp 2,4 triliun sepanjang 2018 lalu. Padahal tahun sebeumnya, mereka berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 1,13 triliun.
Penyebab kerugian itu adalah turunnya pendapatan Indosat pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan Indosat tahun lalu senilai Rp 23,13 triliun, turun hingga 22,6% dari posisi 2017 senilai Rp 29,92 triliun.
Pos yang tercatat mengalami penurunan berasal dari pendapatan sektor selular, di mana pos tersebut merosot 26,4% dari Rp 24,4 triliun di 2017 menjadi Rp 18,02 triliun pada 2018. Sementara, lini bisnis multimedia, komunikasi data, dan internet turun 2,9% dari Rp 4,51 triliun menjadi Rp 4,38 triliun.
Meski pendapatan mereka mengalami penurunan, sebenarnya beban usaha mereka juga menurun. Jumlah beban mereka pada tahun 2018 senilai Rp 23,6 triliun, sementara tahun sebelumnya beban usaha Indosat mencapai Rp 25,89 triliun.
Selain itu, tahun lalu mereka mencatatkan adanya penurunan penerimaan kas dari aktivitas operasi yang berasal dari pelanggan. Tahun 2017, mereka mengantongi Rp 28,59 triliun dari aktovotas ini, sedangkan pada 2018 menjadi Rp 24,09 triliun. Sehingga arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi ikut menurun dari Rp 8,96 triliun menjadi Rp 4,16 triliun.
(Baca: Incar Pengguna di Arab Saudi, Indosat Ooredoo Rilis Paket Khusus Umrah)
Pada akhir 2018, posisi kas dan setara kas Indosat mengalami penurunan hingga 45,7% dibandingkan akhir tahun 2017. Pada tahun lalu, posisi kas dan setara kas Indosat tercatat Rp 1,04 triliun, padahal tahun sebelumnya tercatat Rp 1,92 triliun.
Meski mengalami kinerja yang buruk pada tahun 2018 lalu, namun kinerja saham mereka di pasar modal sejak awal tahun 2019 hingga hari ini masih tercatat positif. Harga saham Indosat sejak awal tahun hingga berita ini ditulis, sudah naik hingga 87,5% dan saat ini harganya menjadi Rp 3.160 per unitnya.
Sudah sejak tahun lalu, isu konsolidasi di industri telekomunikasi menyeruak. Tidak hanya saham Indosat saja yang mengalami kenaikan, saham PT Smartfren Telecom Rbk. (FREN) juga mengalami kenaikan sejak awal tahun 2019 hingga saat ini sebesar 274,36% menjadi Rp 292 per lembarnya.
Konsolidasi tersebut menjadi isu yang positif karena terkait rencana Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara untuk menerbitkan peraturan baru terkait merger dan akuisisi perusahaan telekomunikasi. Salah satu yang akan diatur adalah optimalisasi penggunaan spektrum.
(Baca: Ekspansi Jaringan, Smartfren Alokasikan Belanja Modal Rp 2,8 Triliun)
Kebijakan tersebut nantinya bakal mengatur terkait batasan, optimalisasi frekuensi, metode pelaksanaan, dan kewajiban setiap pengguna yang memegang izin pita frekuensi radio. Kebijakan ini diharapkan mempercepat konsolidasi perusahaan telekomunikasi di Indonesia.
Rudiantara menegaskan, bahwa kebijakan terkait konsolidasi menjadi salah satu fokus utama Kominfo. "Supaya saat konsolidasi, hal-hal yang menjadi concern sudah diatur," kata dia beberapa waktu lalu. Rudiantara menargetkan kebijakan terkait konsolidasi operator terbit akhir Kuartal I-2019. "Sekitar akhir Kuartal I-2019 terbitnya," ujarnya.