Saham Sektor Konsumer Dinilai Punya Prospek Bagus di Tahun Politik
Saham emiten barang konsumsi (consumer goods) diprediksi bakal punya prospek bagus di 2018. Hal itu seiring dengan kualitas laba-nya yang kemungkinan bakal lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Head of Intermediary PT. Schroders Investment Management Indonesia Teddy Oetomo menjelaskan, konsumsi masyarakat biasanya terdongkrak saat ada kampanye politik besar-besaran. Kondisi itu jadi berkah bagi bisnis di sektor barang konsumsi.
Adapun tahun ini bakal ada pemilihan kepala daerah serentak di 171 daerah. "Jadi kelihatannya (bursa saham) akan di-drive oleh perbankan dan consumer," kata Teddy saat acara Macro Economy Outlook di WTC, Jakarta, Rabu (10/1). (Baca juga: Paket Dana Tunai buat Pekerja Desa Dipercepat untuk Kerek Daya Beli)
Head of Wealth Management and Retail Digital Business Bank of Commonwealth Ivan Jaya juga sepakat bahwa emiten di sektor barang konsumsi akan jadi primadona tahun ini. Di luar itu, saham emiten di sektor konstruksi dan perbankan juga dinilai prospektif.
"Selain konsumen, (sektor) infrastruktur dan finansial seperti perbankan juga pilihan yang kami sarankan. Tapi jangan taruh semua di satu basket,” kata dia. Ia menyarankan investor untuk menempatkan juga dananya di instrumen investasi seperti obligasi atau surat utang.
Adapun secara umum, Teddy menilai bursa saham domestik masih akan mendapat sokongan dari masuknya investasi asing. Sebab, pertumbuhan laba bersih emiten di bursa lokal diprediksi bakal mencapai 13%, lebih baik dibandingkan bursa saham di negara tetangga lainnya yaitu 10,8%. (Baca juga: Efek Rating Fitch: IHSG Diramal 6.700 dan Rupiah Lebih Stabil di 2018)
Selain itu, posisi price to earning ratio (PER) atau perbandingan harga saham dengan laba bersih per saham di bursa domestik juga tidak terlalu tinggi dan tak terlalu rendah. Hal tersebut dinilai akan menjadi daya tarik bagi investor asing. "PER yang semakin tinggi, risiko juga semakin tinggi. Jadi kalau PER turun, asing akan kecewa," kata dia.