Rugi Garuda Indonesia Hingga September 2017 Membengkak 408%
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk masih mencatatkan kerugian dalam laporan keuangannya hingga September 2017. Jumlah rugi bersih maskapai penerbangan nasional tersebut menjadi US$ 221,90 juta (Rp 3,01 triliun) atau membengkak 408% dibandingkan kerugian periode sama tahun sebelumnya sebesar US$ 43,62 juta (Rp 592 miliar)
Meskipun demikian, berdasarkan laporan keuangan Garuda yang belum diaudit (unaudited) yang tercantum dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga triwulan III-2017 ini, jumlah pendapatan usaha emiten berkode saham GIIA ini sudah mulai bertumbuh, yakni menjadi sebesar US$ 3,11 juta (Rp 42,21 miliar) atau naik 8,7% dari US$ 2,86 juta (Rp 38,8 miliar) di periode yang sama tahun sebelumnya.
(Baca: Garuda Restrukturisasi Rute Jakarta-London untuk Setop Kerugian)
Namun, salah satu faktor rugi Garuda yang membengkak lantaran beban usaha perusahaan yang juga mengalami kenaikan. Tercatat pada periode tersebut, beban usaha Garuda sebesar US$ 3,23 juta atau naik 12,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 2,86 juta.
Sementara itu, jumlah rugi komprehensif maskapai penerbangan nasional tersebut melonjak menjadi US$ 207,45 juta atau membengkak cukup signifikan jika dibandingkan rugi komprehensif pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 12,47 juta.
Kemudian, jumlah aset Garuda sampai dengan September 2017 ini tercatat sebesar US$ 3,72 miliar atau sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan aset Garuda pada akhir tahun 2016 lalu yang sebesar US$ 3,73 miliar. Sementara, jumlah liabilitas dan ekuitas perusahaan pada akhir September 2017 juga sebesar US$ 3,72 miliar atau turun jika dibandingkan total liabilitas dan ekuitas pada akhir tahun 2016 yang sebesar US$ 3,73 miliar.
(Baca juga: BPK Temukan Rute Jakarta-London Jadi Penyumbang Kerugian Garuda)
Direktur Utama Garuda Pahala Mansyuri menjelaskan, kinerja keuangan Garuda saat ini sudah membaik. Pada Triwulan III-2017 ini, Pahala menyatakan, pihaknya telah mencatatkan keuntungan. Di kuartal IV-2017 pun, dirinya menargetkan Garuda juga memperoleh keuntungan.
Hanya, diakuinya kerugian yang dialami selama Semester I-2017 cukup besar, sehingga, sampai akhir tahun, kinerja keuangan Garuda diprediksi tetap mengalami kerugian. Untuk menekan kerugian, Garuda akan menunda kedatangan 10 pesawat baru yang telah dipesan hingga dua tahun ke depan.
"Kami sekarang sedang berusaha untuk bisa melakukan penundaan delivery pesawat sampai setelah tahun 2019," ujar Pahala.
Selain itu, Garuda juga bakal merestrukturisasi rute penerbangan yang tidak optimal, terutama rute internasional Jakarta-London. Langkah tersebut dalam rangka menindaklanjuti temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bahwa rute tersebut merupakan penyumbang kerugian terbesar bagi perusahaan.