Penjualan Ritel Lemah, Laba Emiten Fashion Justru Diramal Melonjak
Di tengah melemahnya pertumbuhan penjualan ritel nasional, sejumlah emiten ritel di bidang fashion dan mebel justru diproyeksi mampu mencetak laba yang tinggi pada kuartal II lalu. Emiten yang dimaksud, di antaranya PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).
Dalam laporannya, Tim Riset Mandiri Sekuritas Laura Taslim dan Adrian Joezer mencatat kemampuan sejumlah emiten fashion untuk mencetak laba membaik. Hal itu tercermin dari EBIT (earning before interest-tax) margin yang meningkat pada kuartal II lalu. EBIT margin mengukur persentase laba sebelum pajak dan bunga terhadap total pendapatan.
Emiten yang dimaksud yakni PT. Mitra Adiperkasa (MAPI), PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS), dan PT. Matahari Departemen Store Tbk. (LPPF). EBIT margin MAPI, misalnya, diproyeksi bakal naik sebesar 7% secara tahunan, sedikit lebih baik dibanding tahun lalu yang tumbuh 6,1%. Maka itu, saham MAPI menjadi salah satu yang direkomendasikan kepada investor.
Tim riset Mandiri Sekuritas memperkirakan laba bersih MAPI mencapai Rp 152 miliar sepanjang semester I tahun ini atau tumbuh lebih dari 200% dibanding periode sama tahun lalu. Angka proyeksi ini mencapai 41% dari target perusahaan. “Proyeksi laba ini lebih tinggi dibanding kinerja (MAPI) saat Lebaran tahun-tahun sebelumnya,” demikian tertulis.
MAPI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan eceran, toko swalayan (department store) restoran dan kafe serta toko buku. Di bidang fesyen, MAPI memegang izin distribusi sejumlah merek terkenal seperti Marks & Spencer, Zara, Pull & Bear, Stradivarius, Bershka, Adidas, Speedo, dan Airwalk.
Mandiri Sekuritas menyebutkan ekspansi marjin yang lebih jauh dari kemajuan aktiva, serta kemungkinan tambahan toko swalayan, serta ekspansi gerai kafe Strabucks secara besar-besaran menjadi katalis untuk saham MAPI.
Selain MAPI, Mandiri Sekuritas juga merekomendasikan saham PT Ace Hardware Indonesia (ACES) yang bergerak di bidang perdagangan ritel mebel atau perabot. Sebab, ada kenaikan marjin secara tiba-tiba lantaran pertumbuhan penjualan gerai yang sama (same store sales growth/SSSG) yang di atas inflasi. Dengan demikian, bisa menopang leverage operasional.
Sementara itu, penjualan ritel untuk segmen minimarket justru tumbuh melambat. Bahkan, Mandiri Sekuritas memperkirakan pertumbuhan pendapatan PT. Matahari Putra Prima Tbk. (MPAA) pada kuartal II 2017 bakal lebih rendah dibanding dua kuartal ke depan. “Namun sedikit lebih baik dibanding kuartal I 2017 yang tercatat minus 3,5%,” demikian tertulis. (Baca juga: Survei BI: Penjualan Retail Diprediksi Makin Lesu Setelah Lebaran)
MPAA merupakan perusahaan ritel yang mengoperasikan gerai bernama Hypermart, Foodmart, dan Boston. Menurut catatan Mandiri Sekuritas, MPAA bahkan sudah menurunkan rata-rata harga jual (average selling price/ASP) sejak Maret 2017. Langkah tersebut telah membuat marjin turun, padahal pertumbuhan pendapatannya masih terbatas. Maka itu, Mandiri Sekuritas memperkirakan ekspansi marjin MPAA pada kuartal II 2017 tidak akan lebih tinggi dari periode sama tahun lalu. (Baca juga: Tak Menguntungkan, Dua Gerai Hypermart Ditutup)
Ekspansi marjin PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) yang merupakan pengelola jaringan ritel Alfamart juga diprediksi tidak akan tinggi. Pertumbuhan penjualan gerai yang sama pada semester I 2017 diperkirakan hanya 4,2%, lebih rendah dari periode sama tahun lalu 11%. “Ini karena permintaan (di segmen minimarket) yang melesu,” demikian tertulis.