Semarak Penutupan Bursa, IHSG Tumbuh Tertinggi Kedua di Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan kinerja positif sepanjang 2016. Pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (30/12), indeks mencapai 5.295 atau lebih tinggi 15,32 persen dari akhir 2015. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun lalu, dimana IHSG menurun 12,1 persen.
Pertumbuhan IHSG tahun 2016 di atas berbagai indeks bursa saham di beberapa negara utama kawasan Asia. Indeks Kospi di bursa Korea cuma tumbuh 3,3 persen, sedangkan indeks Nikkei di Jepang hanya naik 0,42 persen. Nasib lebih mengenaskan menimpa indeks bursa saham di Singapura yang turun 0,07 persen. Bahkan, indeks bursa saham di Malaysia tergerus 3 persen. IHSG cuma kalah dengan indeks saham di Thailand yang sepanjang 2016 tumbuh 19,8 persen.
Pencapaian tersebut disambut suka cita dengan penutupan perdagangan yang meriah di BEI. Meski Presiden Joko Widodo batal hadir, selepas penutupan aktivitas perdagangan hadirin dihibur dengan suguhan musik dari grup band Slank. (Baca juga: Bunga The Fed Naik, Saham dan Mata Uang Negara Berkembang Anjlok)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang hadir mewakili Jokowi bersyukur pasar modal Indonesia semakin dipercaya investor pada 2016. Untuk tahun depan, diayakin situasi bursa akan lebih baik.
Namun, Darmin meminta BEI menjemput bola calon emiten dan investor dengan penetrasi teknologi informasi. Tujuannya agar lebih banyak investor yang melantai di bursa terutama dari luar Pulau Jawa. "Apalagi pesaing bursa ini adalah masyarakat yang menjadi spekulan tanah," katanya.
(Baca juga: Inilah Daftar Investasi Paling Berkilau di 2017)
Selain kenaikan IHSG, BEI juga mencatat kenaikan rata-rata transaksi harian dalam setahun ini dari 6 miliar saham per hari menjadi 7,8 miliar saham per hari. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan, naiknya level IHSG lantaran investor berpandangan positif terhadap kebijakan yang diambil pemerintah saat ini.
"Ini bentuk kepercayaan investor dan berdampak pada pasar modal kita," kata Muliaman. Di lain sisi, kapitalisasi Surat Utang Negara (SUN) tercatat mencapai Rp 470 triliun, sedangkan surat utang korporasi mencapai Rp 113 triliun. (Baca juga: Transaksi Dagang di ASEAN Pakai Mata Uang Lokal Tak Diminati)
Sejalan dengan kinerja positif di pasar modal, nilai tukar rupiah juga mengalami penguatan cukup besar sepanjang 2016. Mengacu data Bloomberg, rupiah menguat 2,3 persen dibandingkan akhir tahun lalu menjadi 13.473 per dolar AS pada perdagangan di pengujung 2016.