"Intervensi" Pemerintah Memukul Saham PGN ke Titik Terendah Sejak 2011

Aria W. Yudhistira
8 September 2015, 12:46
Katadata
KATADATA
Harga saham PGN menyentuh titik terendah sejak September 2011.

KATADATA ? Harga saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) jatuh hingga ke titik terendah hampir dalam empat tahun terakhir. Turunnya saham distributor dan transmisi gas milik negara tersebut disebabkan rencana pemerintah yang akan menurunkan harga gas untuk industri. 

Pada perdagangan pagi ini, saham berkode PGAS tersebut dibuka turun 125 poin atau 5 persen ke Rp 2.355 per saham. Penurunan harga saham merupakan kelanjutan dari perdagangan hari sebelumnya yang turun hingga 11,4 persen ke Rp 2.480 per saham. Ini merupakan harga saham terendah emiten BUMN itu sejak 22 September 2011. Hingga penutupan perdagangan sesi pagi, saham PGAS tercatat sudah turun 7,5 persen ke Rp 2.295 per saham.

Kemarin, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, pemerintah sedang mengkaji penurunan harga gas untuk industri. Penurunan ini untuk meningkatkan kinerja industri di tengah perlambatan ekonomi. Harga gas industri pada saat ini, Sudirman mengatakan, memang mahal.

Pengumuman pemerintah tersebut, dapat mempengaruhi kinerja PGN. Di tengah perlambatan ekonomi saat ini, penurunan harga jual gas dapat menyebabkan pendapatan perseroan di bawah ekspektasi. Tahun ini, kalangan analis menargetkan pendapatan PGN bisa mencapai US$ 3,2 miliar, sedikit turun dari realisasi tahun lalu sebesar US$ 3,4 miliar.

?Jadi kalau sumber penerimaan dominan melambat pasti ada penurunan,? kata analis Ascend Agus Benzaenuri saat dihubungi Katadata, Selasa (8/9). Dia menambahkan, ada persoalan dalam keuangan PGN. Ini terkait adanya isu mengenai tingkat liabilitas perseroan yang meningkat. (Baca: Saham Semen Indonesia Merosot sejak Intervensi Pemerintah)

Menurut Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia Haryajid Ramelan, seiring turunnya harga minyak dunia berpengaruh kepada produk substitusinya, termasuk gas. ?Sementara PGN tidak memiliki produk substisusi lain selain gas,? kata dia.

Kendati demikian, Haryajid menilai saham PGN masih prospektif. Ini seiring dengan akan membaiknya harga komoditas global sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi dunia. ?Bagi jangka panjang, saham ini unggulan. Saya lihat masih bagus, mungkin bertahap membelinya.?

(Baca: Rentan Intervensi, Saham BUMN Berjatuhan)

Fitch Ratings mengatakan, perlambatan ekonomi berpotensi menurunkan permintaan gas domestik. Situasi ini diperkirakan berlanjut pada semester II tahun ini, dan mempengaruhi kinerja PGN. Selama semester I-2015, volume distribusi gas PGN sudah turun sebesar 9 persen.  Sementara rencana pemerintah menurunkan harga gas akan menambah beban keuangan PGN.

Kebijakan pemerintah ini merupakan kelanjutan dari sejumlah intervensi yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo terhadap BUMN. Tercatat, sudah tiga kali pemerintah melakukan intervensi, yakni meminta perusahaan semen menurunkan harga pada awal tahun. Kemudian meminta perbankan menurunkan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR), dan meminta Jasa Marga menurunkan tarif tol selama libur lebaran lalu.

Reporter: Ameidyo Daud Nasution

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...