Kinerja Astra Tertekan Kebijakan Ekonomi Pemerintah
KATADATA ? Sejumlah rencana kebijakan pengetatan ekonomi yang akan dilakukan pemerintah membuat kinerja saham PT Astra International Tbk tertekan. Dalam sepekan, saham emiten berkode ASII sudah turun 5,5 persen.
Thendra Crisnanda, analis BNI Securities, mengatakan salah satu sentimen yang memengaruhi kinerja Astra adalah wacana pemerintahan baru yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Kenaikan harga BBM dinilai akan memengaruhi penjualan kendaraan bermotor. Padahal, industri otomotif masih menjadi andalan utama Astra. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar 50 persen terhadap pendapatan Astra.
Selain harga BBM, kebijakan di sejumlah daerah yang berencana mengurangi penggunaan mobil pribadi juga membuat kinerja Astra semakin ke depan. Pemerintah DKI Jakarta, misalnya, berencana menerapkan sistem jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP) dan menaikkan tarif parkir.
?Kebijakan-kebijakan ini membuat prospek Astra ke depan kurang menguntungkan,? kata Thendra, saat dihubungi Katadata, Senin (15/9).
Sementara, harga komoditas yang masih melemah juga memengaruhi kinerja anak usaha Astra, yakni PT United Tractor Tbk dan PT Astra Agro Lestari Tbk.
Hal ini yang membuat kenaikan harga saham Astra hanya 6,62 persen sejak awal tahun atau year to date (ytd). Kenaikan ini lebih kecil dibandingkan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang tumbuh hingga 19,9 persen ytd.
BCA per 9 September lalu mengambil alih posisi Astra sebagai emiten dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia.
(Baca: Prospek BCA Lebih Menjanjikan Ketimbang Astra)
Menurut Thendra, tekanan terhadap Astra akan berlanjut jika Bank Indonesia (BI) melanjutkan kebijakan uang ketat. Sementara kinerja BCA justru diperkirakan tetap baik, sekalipun BI menaikkan suku bunga acuan (BI Rate).
?Tahun depan kalau BI mau memacu pertumbuhan ekonomi, memang harusnya nggak naik. Tapi kita lihat masih ada ruang untuk BI menaikkan 25 basis poin (0,25 persen) lagi. Itu pun pengaruhnya nggak akan signifikan ke BCA,? tutur Thendra.
Apalagi, saat ini rasio pinjaman terhadap dana simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) masih di kisaran 77,7 persen, lebih rendah dari bank umum lainnya. Hal ini membuat BCA masih memiliki ruang untuk meningkatkan penyaluran kreditnya.
Lebih lanjut, kenaikan biaya administrasi bertransaksi Anjungan Tunai Mandiri (ATM) juga akan meningkatkan pendapatan BCA. Hal-hal inilah yang membuat saham BCA lebih menarik dibandingkan Astra International.
Sumber: Yahoofinance