Anak Pendiri Astra Borong saham Perusahaan Sandiaga Uno Rp 62 Miliar
Pebisnis Edwin Soeryadjaya menggelontorkan dana senilai Rp 62,17 miliar untuk memborong saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Orang kaya ke-47 versi Forbes tahun lalu ini memborong 18,28 juta unit saham Saratoga di harga Rp 3.400 per saham.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Edwin yang menjabat sebagai Presiden Komisaris Saratoga meningkatkan kepemilikan sahamnya menjadi 897,11 juta saham atau setara 33,1%. Sebelumnya, Edwin memiliki 879,82 juta saham yang setara dengan 32,43%.
"Tujuan transaksi pembelian saham ini untuk investasi dengan status kepemilikan saham langsung," seperti ditulis dalam surat bertandatangan Divisi Hukum dan Sekretaris Perusahaan Saratoga Juan Akbar Indraseno dalam keterbukaan informasi, Senin (21/9).
Anak dari William Soeryadjaya yang merupakan pendiri Astra International itu, melakukan transaksi pembelian saham Saratoga dalam dua kali transaksi di hari berbeda. Pertama, pada 15 September 2020 sebanyak 11,71 juta saham. Selanjutnya membeli pada hari ini, 21 September 2020 sebanyak 6,57 juta saham.
Pada hari pertama Edwin melakukan pembelian, saham emiten berkode SRTG ditutup turun 1,06% menyentuh harga Rp 2.800 per saham. Namun, pada transaksi pembelian hari ini, saham SRTG ditutup menguat hingga 6,27% menyentuh harga Rp 3.050 per saham hingga menjelang penutupan perdagangan.
Sebelumnya, perusahaan investasi yang juga 21,51% sahamnya dimiliki oleh pebisnis dan bekas calon wakil presiden Sandiaga Uno tersebut menjual sebagian kepemilikan sahamnya di perusahaan tambang PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Dari pelepasan saham ini, Saratoga meraup dana Rp 213,68 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang diunggah Senin (7/9), tercatat Saratoga menjual 131,9 juta unit saham pada 31 Agustus 2020 lalu. Divestasi ini dilakukan dengan harga penjualan Rp 1.620 per saham.
Dengan pelepasan saham tersebut, maka Saratoga memiliki sisa 4,18 juta unit saham Merdeka Copper Gold atau setara dengan 19,13%. Sebelum transaksi ini, SRTG memiliki 4,32 juta unit saham atau setara 19,74% saham MDKA.
Saratoga membukukan kerugian hingga Rp 2,08 triliun sepanjang semester I 2020, berkebalikan dari kinerja periode yang sama tahun lalu dengan torehan laba bersih Rp 3,16 triliun. Meski begitu, kerugian ini sifatnya rugi yang belum terealisasi.
Berdasarkan laporan keuangan yang diumumkan melalui keterbukaan informasi, anjloknya kinerja Saratoga sejalan dengan penurunan kinerja investasi sahamnya. Kerugian bersih atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp 2,8 triliun sepanjang semester I 2020. Padahal pada semester I 2019, berhasil mencatatkan keuntungan hingga Rp 2 triliun.
Berdasarkan sektor sahamnya, penurunan nilai investasi terjadi pada saham sektor sumber daya alam (SDA). Saratoga mengalami kerugian Rp 1,45 triliun pada semester I 2020 dari investasi di sektor ini, berbalik dari untung Rp 1,71 triliun pada semester I 2019.
Selain itu, investasi pada saham infrastruktur juga anjlok, dari yang sebelumnya untung Rp 272,22 miliar pada semester I 2019, menjadi rugi hingga Rp 950,59 miliar pada semester I 2020. Sedangkan investasi pada saham produk konsumen, pada semester I 2019 mengalami kerugian Rp 109,33 miliar, sedangkan pada periode sama tahun ini ruginya membengkak menjadi Rp 434,05 miliar.
Sekilas Saratoga dan Edwin Soeryadjaya
Saratoga didirikan pada 1998 oleh Edwin dan Sandiaga. Tiga tahun kemudian, perusahaan ini berinvestasi di PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Adaro merupakan perusahaan yang melakukan IPO dengan nilai terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia pada 2008. Investasi Saratoga berikutnya PT Provident Agro Tbk (PALM) dan perusahaan menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Group (TBIG).
Berdasarkan data per Juni 2020, saham dipegang PT Unitras Pertama 32,72%, Edwin 32,03%, Sandiaga Uno 21,51%, Michael WP Soeryadjaya 0,01%. Andi Esfandiari 0,02%, Devin Wirawan 0,00%, dan investor publik 13,52%. Dengan menggenggam kepemilikan saham individu terbesar, Edwin menjabat sebagai Presiden Komisaris Saratoga sejak 1997 sampai sekarang.
Edwin memulai kariernya pada 1978 di Astra International, perusahaan yang didirikan ayahnya, William Soeryadjaya. Lulusan University of Southern California dengan gelar Bachelor of Business Administration ini meninggalkan Astra pada 1993 setelah menjabat Wakil Presiden Direktur pada 1993.