Kinerja Bisnis Otomotif Terpukul, Laba Astra Kuartal I Anjlok 22%
PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan penurunan laba bersih hingga 22% menjadi Rp 3,72 triliun pada kuartal I 2021. Salah satunya dipicu oleh bisnis otomotif. Hal itu bermula dari pendapatan bersih perseroan yang merosot 4% menjadi Rp 51,7 triliun.
Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro mengatakan, penurunan pendapatan dan laba bersih grup Astra dibandingkan periode yang sama tahun lalu, disebabkan pandemi Covid-19 yang mempengaruhi ekonomi Indonesia dan kinerja bisnis pada Maret 2020.
"Walaupun kinerja usaha Astra perlahan membaik pada beberapa bulan terakhir, prospek kinerja tahun ini masih dibayangi oleh ketidakpastian akibat dampak dari pandemi yang masih berlanjut," kata Djony dalam rilis, Rabu (21/4).
Berdasarkan laporan keuangan Astra, penyumbang laba bersih terbesar yang diatribusikan kepada Astra berasal dari sektor otomotif, nilainya mencapai Rp 1,43 triliun pada kuartal pertama 2021. Sayangnya, laba bersih sektor ini tercatat turun hingga 26% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 1,93 triliun.
Penurunan kinerja sektor tersebut mencerminkan penurunan volume penjualan kendaraan. Penjualan mobil Astra menurun 24% menjadi 99.000 unit dengan pangsa pasar menurun dari 55% menjadi 53%. Sementara, penjualan mobil nasional menurun 21% menjadi 187.000 unit pada kuartal pertama (sumber: Gaikindo).
Penjualan Astra atas sepeda motor Honda menurun 17% menjadi 1.008.000 unit, namun pangsa pasar sedikit meningkat. Sementara, penjualan sepeda motor secara nasional menurun 18% menjadi 1.294.000 unit pada kuartal pertama (sumber: Kementerian Perindustrian).
Bisnis komponen otomotif Astra dengan kepemilikan 80% pada PT Astra Otoparts Tbk, mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 43% menjadi Rp 164 miliar pada kuartal pertama tahun 2021. "Terutama disebabkan meningkatnya keuntungan selisih kurs, meskipun pendapatan dari segmen pabrikan menurun," kata Djony.
Sumbangan laba bersih besar kedua adalah sektor alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi yang senilai Rp 1,08 triliun pada kuartal pertama 2021. Raihan tersebut mampu tumbuh 3% dibandingkan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 1,05 triliun.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan penjualan alat berat Komatsu serta harga emas dan batu bara yang lebih tinggi. Sebagian terpengaruh oleh volume kontrak penambangan yang lebih rendah akibat kondisi cuaca yang kurang mendukung pada kuartal pertama 2021.
Seperti diketahui, penjualan alat berat Komatsu meningkat 12% menjadi 688 unit. Meski begitu, pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan menurun.
PT United Tractors Tbk yang 59,5% sahamnya dimiliki Astra, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 2% menjadi Rp 1,9 triliun. Anak perusahaan United Tractors di bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 17% menjadi 3,7 juta ton, termasuk penjualan 849.000 ton coking coal.
PT Agincourt Resources, anak perusahaan yang 95% sahamnya dimiliki United Tractors, melaporkan peningkatan penjualan emas sebesar 1% menjadi 95.000 ons. Anak usaha ini diuntungkan oleh harga emas yang lebih tinggi.
Perusahaan kontraktor umum yang 64,8% sahamnya dimiliki United Tractors, PT Acset Indonusa Tbk, melaporkan rugi bersih sebesar Rp 80 miliar. Terutama karena perlambatan penyelesaian beberapa proyek yang sedang berjalan dan berkurangnya proyek pekerjaan konstruksi selama masa pandemi.
Bisnis kontraktor penambangan, PT Pamapersada Nusantara, mencatat penurunan volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 10% menjadi 191 juta bank cubic metres dan penurunan produksi batu bara sebesar 4% menjadi 27 juta ton.
Lini bisnis Astra lain yang menyumbang laba bersih besar berikutnya adalah jasa keuangan, dimana pada kuartal pertama 2021 menyumbang Rp 985 miliar. Sayangnya, laba bersih sektor ini tercatat turun hingga 30% dibanding kuartal pertama 2020 yang senilai Rp 1,41 triliun.
Djony mengatakan, ada dua sebab utama penurunan kinerja sektor jasa keuangan Astra. Pertama, peningkatan provisi guna menutupi kredit bermasalah yang meningkat pada periode tersebut. Kedua, penurunan portofolio pembiayaan pada bisnis pembiayaan konsumen.
Seperti diketahui, nilai pembiayaan baru pada bisnis pembiayaan konsumen Astra menurun 18% menjadi Rp 19,3 triliun, menggambarkan dampak pandemi Covid-19. Kontribusi laba bersih dari Astra yang fokus pada pembiayaan mobil menurun 34% menjadi Rp 249 miliar. Kontribusi laba bersih dari PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan sepeda motor menurun 39% menjadi Rp 410 miliar.
Total pembiayaan baru yang disalurkan oleh unit usaha Astra yang fokus pada pembiayaan alat berat turun sebesar 1% menjadi Rp 1,4 triliun. Kontribusi laba bersih dari divisi ini membaik dari rugi bersih sebesar Rp3 miliar menjadi laba bersih sebesar Rp 13 miliar.
PT Asuransi Astra Buana, perusahaan asuransi umum Grup, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 19% menjadi Rp 312 miliar. Terutama disebabkan meningkatnya hasil investasi. Perusahaan asuransi jiwa Astra Life, mencatatkan peningkatan premi bruto sebesar 82% menjadi Rp1,6 triliun.
Beberapa sektor lain yang menyumbang kinerja laba bersih Astra pada kuartal pertama 2021 adalah sektor agribisnis senilai Rp 129 miliar atau anjlok 56% secara tahunan. Lalu, sektor infrastruktur dan logistik senilai Rp 42 miliar, turun 42% secara tahunan. Sektor teknologi informasi juga menyumbang laba Rp 1 miliar atau turun 50%.
Sektor bisnis yang menyumbang kenaikan laba bersih Astra pada tiga bulan pertama tahun ini adalah properti. Laba bersihnya senilai Rp 49 miliar atau meningkat hingga 23% dibandingkan kuartal pertama 2020 yang hanya Rp 40 miliar.
"Terutama karena tingkat hunian yang lebih tinggi dan biaya operasional yang lebih rendah di Menara Astra," kata Djony.