Produsen Cat Avian Tetapkan Harga IPO di Level Tertinggi Rp 930
PT Avia Avian telah menetapkan harga saham perdana di level tertinggi atau seharga Rp 930 per saham dalam penawaran umum perdananya (IPO). Alhasil, perseroan berpotensi besar memperoleh dana segar mencapai Rp 5,7 triliun.
Berdasarkan prospektus, perusahaan cat ini akan mulai melakukan penawaran umum pada 2 November sampai 6 November 2021. Jumlah saham yang ditawarkan kepada publik mencapai 6,2 miliar saham atau setara dengan 10% total saham perseroan.
Penjatahan akan dilakukan pada hari terakhir masa IPO, sedangkan distribusi saham secara elektronik dan pengembalian uang pemesanan akan dilakukan sehari setelahnya, Selasa (7/12). Adapun, emiten yang akan mencatatkan sahamnya dengan kode ini akan resmi bertengger di papan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (8/12).
Setelah IPO rampung, komposisi saham AVIA yang dimiliki oleh PT Tancorp Surya Sentosa akan berubah dari 44,1% menjadi 39,69%. Sementara itu, saham AVIA yang dimiliki PT Wahana Lancar Rejeki berubah dari 30,14% menjadi 35,23%.
Selain itu, saham yang dimiliki Archipelago Investment Limited akan menjadi 9%, milik Robert Christian Tanoko menjadi 2,43%, milik Rudy Tanoko menjadi 1,82%m Rony Tanoko menjadi 1,82%, dan pegawai AVIA akan mendapatkan saham perseroan sebesar 0,01%.
Penjamin pelaksana emisi efek menjamin dengan kesanggupan penuh terhadap sisa saham yang ditawarkan yang tidak dipesan. Penjamin pelaksana emisi efek ialah PT Mandiri Sekuritas. Sementara itu, penjamin emisi efek antara lain, PT UBS Sekuritas Indonesia dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia.
Sebanyak, 13,3% dari dana hasil IPO atau Rp 758 miliar akan digunakan untuk pelunasan utang perseroan dan satu anak usaha, yakni PT Tirtakencana Tatawarna (TKTW). Perseroan akan membayar kredit senilai Rp 550 miliar
Secara rinci, perseroan akan membayar kredit modal kerja dari PT Bank Mandiri senilai Rp 50 miliar dan melunasi fasilitas uncommited revolving credit dati PT ank DBS Indonesia senilai 500 miliar.
TKTW akan membayar kredit modal kerja dari Bank Mandiri sebanyak Rp 393 miliar. Adapun, TKTW masih harus melunasi kredit yang tersisa senilai Rp 13 miliar.
Selain itu, TKTW juga akan mendapatkan suntikan modal sebanyak Rp 1 triliun atau 18,2% dari dana hasil IPO untuk modal kerja. Selain itu, TKTW juga akan mendapatkan dana senilai Rp 85 miliar untuk infrastruktur digital, peralatan kantor, dan kendaraan operasional.
Dengan kata lain, TKTW akan mendapatkan dana senilai Rp 1,5 triliun atau 26,59% dari dana hasil IPO melalui skema penambahan modal.
Berdasarkan prospektus AVIA, TKTW berkontribusi sekitar 59,3% dari total liabilitas perseroan. Adapun, aset yang dimiliki TKTW menyumbang 42,9% dari total aset AVIA.
Selain itu, 18% pada penjualan bersih perseroan pada Januari-Mei 2021. Sementara itu, kontribusi TKTW ke laba sebelum pajak mencapai 20,2%.
Dana hasil IPO yang akan digunakan perseroan mencapai 76,64% dari dana IPO atau senilai Rp 4,3 triliun. Secara rinci, sebanyak 54% untuk modal kerja, sedangkan 12,5% untuk belanja modal.