Saham Teknologi dan Bank Digital Tersulut Optimisme Pelaku Pasar
Saham teknologi dan bank digital kembali menggeliat tersulut optimisme pelaku pasar seiring The Fed yang hanya menaikkan suku buga acuannya sebesar 0,25%.
Kebijakan The Fed yang semakin moderat dinilai banyak kalangan menjadi sinyal bahwa laju inflasi akan lebih terkendali. Selain itu kekhawatiran terhadap resesi global juga sedikit mereda. Adapun inflasi dan resesi menjadi mimpi buruk saham teknologi di sepanjang tahun lalu.
“Kebijakan terakhir Fed dan data perekonomian AS, dianggap sebagai sinyal terang bagi tech company. Setelah Nasdaq anjlok lebih dari 25% di sepanjang tahun lalu, banyak investor menilai ini saat yang tepat untuk serok. Terlalu banyak saham teknologi yang salah harga dan investor tidak mau kehilangan peluang terbaik akumulasi di harga bawah,” kata Analis Samuel Sekuritas Muhammad Farras Farhan, Kamis (2/2).
Bursa Nasdaq ditutup menguat 2% pada perdagangan Rabu (1/2) melanjutkan rally sejak awal tahun. Terhitung sejak Januari 2023, Nasdaq telah melonjak 12,90%.
Kebangkitan Nasdaq juga menular ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham teknologi dan bank digital pun kembali menjadi incaran.
“Setelah investor menikmati banyak cuan dari saham saham batubara, sekarang mereka pindah ke sektor lain yang tahun lalu paling banyak penurunan harga sahamnya. Itulah mengapa bank digital dan tech stock menjadi prioritas. Apalagi kondisi makronya mulai kondusif dan pada saat yang sama harga batubara melemah tajam,” ucapnya.
Pada perdagangan hari ini saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terbang tinggi dalam dua bulan terakhir setelah menguat Rp 11 (9,73%) menjadi Rp 124 pada perdagangan Kamis (2/2).
Berdasarkan data perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GOTO bergerak dalam rentang Rp 114-125. Saham GOTO juga tercatat mendukung top volume, top value, dan top frequency. Adapun nilai transaksi saham GOTO mencapai Rp 722,89 miliar.
Selain itu PT Bank Jago Tbk (ARTO) juga mengalami kenaikan harga saham. Pada perdagangan hari ini, saham Bank Jago ditutup lompat 12,85% ke level Rp 3.600 per saham. Harga ini melampaui level Rp 3.560 yang menjadi titik kritikal perseroan agar bisa bertahan di indeks global (MSCI).
Lompatan harga saham ARTO sejalan dengan peningkatan volume transaksi. Total transaksi mencapai Rp 175 miliar dengan melibatkan 50 juta lembar saham.
“Kenaikan harga saham yang disertai dengan volume transaksi menunjukkan minat investor yang sangat tinggi terhadap emiten. Ini akan menjadi gambaran pergerakan harga saham ke depan, selama pasar berada dalam fase naik,” ujar ia.
Menilik pergerakan bursa Tanah Air, hampir seluruh sektor saham berada dalam zona hijau. Dipimpin oleh sektor teknologi dengan kenaikan 4,48%. Begitupun dengan sektor keuangan yang naik 0,76%.