Heboh Saham Gorengan Gautam Adani Grup, Ini Antisipasi BEI
Bursa Efek Indonesia (BEI) turut mengantisipasi fenomena aksi goreng menggoreng saham di pasar modal melalui pemberian notasi khusus hingga immediate action atau aksi cepat bagi perusahaan tercatat. Langkah ini setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperketat pengawasan di sektor jasa keuangan agar tidak terjadi seperti aksi manipulasi saham seperti Gautam Adani.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan pihaknya sudah menerapkan beberapa hal untuk mengantisipasi saham gorengan. Pertama, yaitu penyematan notasi khusus untuk memberikan informasi kepada investor terkait kondisi perusahaan.
Selain penyematan notasi khusus, BEI mengisolasi saham-saham yang sedang dalam kondisi-kondisi tertentu di mana menjadi perhatian untuk investor.
Selanjutnya ada immediate action, yaitu tindakan yang dilakukan oleh bursa di periode perdagangan yang sedang berlangsung. Hal ini mengingatkan nasabah terkait prilaku transaksinya.
"Dari tiga hal itu kita harapkan dapat memantau pergerakan transaksi yang tidak didukung oleh fundamental pergerakan sahamnya," katanya saat ditemui wartawan di Gedung BEI, Selasa (7/2).
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Sihar Manulang, mengatakan BEI selalu melakukan pemantauan atas seluruh transaksi yang terjadi di bursa saham. Seperti tindakan pengawasan, melakukan pemeriksaan dan melakukan koordinasi pengawasan transaksi dengan SRO lain dan OJK.
Selain itu, otoritas bursa juga menerapkan kebijakan batasan auto reject atas atau ARA dan auto reject bawah atau ARB atas order saham yg mencapai level harga tertentu. Kristian menyampaikan, semuanya ini bertujuan untuk melindungi investor.
"Bursa melakukan edukasi dan sosialisasi melalui berbagai media kepada investor agar investor memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam bertansaksi sebagai salah satu upaya perlindungan investor," ucap Kristian.
Sebagai informasi, kejatuhan konglomerat asal India, Adani seiring hasil temuan Hindenburg Research yang menuding perusahaan milik Adani melakukan manipulasi pasar dan skandal penipuan akuntansi.
"Hati-hati ada peristiwa besar minggu kemarin, Adani, di India. Makronya negara bagus, mikronya ada masalah, hanya satu perusahaan, Adani kehilangan US$ 120 mililiar. Pengawasan jangan sampai ada yang lolos seperti itu karena goreng-gorengan Rp 1.800 triliun. Itu seperempatnya PDB India hilang," kata Jokowi.
Selain kasus Adani, Jokowi juga menyinggung beberapa kasus asuransi di dalam negeri yang juga menimbulkan masalah serupa agar dapat diberantas ke depannya melalui pengawasan yang lebih ketat.
"Jadi saya minta betul urusan asuransi utamanya, pinjaman online, investasi, itu dilihat betul jangan sampai kejadian seperti yang sudah-sudah, seperti Asabri, Jiwasraya. (Kerugiannya) Rp 17 triliun, 23 triliun. Ada lagi Indosurya, Wanaartha, sampai unit link,” ucapnya.