IPO Terbesar ke-5, Pertamina Geothermal Siap Tercatat di BEI Pagi Ini
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) salah satu perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan global, siap mencatatkan sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia(BEI), Jumat (24/2) pagi ini.
Untuk menjadi emiten ke-19 di BEI pada tahun 2023, PGEO melaksanakan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 25% atau 10,35 miliar saham ke publik dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Dengan mematok harga IPO Rp 875 per saham, maka entitas usaha PT Pertamina ini akan meraih dana segar Rp 9,05 triliun. Adapun pada awalnya perseroan memasang harga di kisaran Rp 820-945 per saham.
Alhasil IPO PGEO akan menjadi IPO terbesar ke-5 di BEI. Adapun jajaran pertama hingga ke empat dipegang oleh PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan dana Rp 21,9 triliun, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel Rp18,79 triliun, PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp 13,72 triliun, dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) Rp 12,24 triliun.
Alokasi hasil IPO akan digunakan oleh perseroan, 85 persen untuk ekspansi usaha hingga 2025. Meliputi investasi pengembangan kapasitas tambahan WKP operasional seperti WKP Lahendong, Hululais, dan Gunung Way Panas (55 persen), investasi pengembangan WKP operasional seperti WKP Kamojang – Darajat, serta WKP Lumut Balai dan Margabayur (33 persen), serta pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen reservoir (12 persen).
Sisa dana IPO 15 persen untuk pembayaran sebagian perjanjian fasilitas kredit.
PGE turut mengalokasikan sebanyak-banyaknya 1,50 persen atau 630,39 juta saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum untuk program opsi pembelian saham kepada manajemen dan karyawan. Kebijakan ini sesuai dengan keputusan pemegang saham secara sirkuler pada 27 Januari 2022.
Dalam penawaran umum perdana saham, PGEO menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. PGE juga menunjuk CLSA, Credit Suisse, dan HSBC sebagai international selling agents.
Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menjelaskan bahwa perseroan merupakan salah satu perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan global yang diukur dengan kapasitas terpasang. Solidnya prospek PGE juga didukung oleh basis cadangan dan sumber daya yang besar.
Ahmad mengatakan, PGE memiliki peran yang besar baik bagi Pertamina maupun Indonesia. PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang tersebar di 6 area dengan kapasitas terpasang 672 MW yang dioperasikan sendiri dan sebanyak 1.205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract/JOC).
Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi emission avoidance CO2 sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun. Pemanfaatan yang dilakukan oleh PGE dari energi geothermal telah berhasil membuat 2.085.000 rumah di Indonesia teraliri listrik.
Pertamina Geothermal Energy juga berambisi meningkatkan basis kapasitas terpasangnya dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027. Langkah ini sejalan dengan misi menjadi perusahaan energi ramah lingkungan terkemuka.
“PGE memiliki rekam jejak pengembangan panas bumi dan pembangkit listrik yang solid dan terbukti,” jelas Ahmad.