Cuan dari Batu Bara, Saham Konglomerasi Grup Bakrie Kembali Bergeliat
Harga saham emiten Grup Bakrie di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali bergeliat. Berdasarkan kinerja keuangan yang dipublikasikan pada tahun buku 2022, sejumlah emitennya mulai meraup keuntungan.
Di sektor pertambangan misalnya, saham Bumi Resources (BUMI) kembali bangkit setelah terpuruk level Rp 50 per saham sejak 2020 lalu. Kini, harga sahamnya naik ke posisi Rp 121 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 46 triliun.
Mafhum saja, kenaikan saham ini sebagai respons positif pelaku pasar atas kinerja keuangan BUMI di tahun 2022. BUMI tercatat mengantongi laba bersih senilai US$ 525,27 juta atau setara Rp 7,93 triliun hingga kuartal IV 2022 dengan asumsi kurs Rp 15.097. Laba perusahaan melaju pesat 212,62% dibandingkan dengan periode yang sama 2021 yaitu US$ 168,01 juta.
Sementara pendapatan BUMI meningkat 81,51% menjadi US$ 1,83 miliar setara Rp 27,62 triliun hingga akhir 2022. Dibandingkan dengan periode kuartal IV 2021, pendapatan perusahaan senilai US$ 1 miliar.
Pendapatan tersebut melaju pesat setelah mencantumkan PT Kaltim Prima Coal (KPC) menjadi sebesar US$ 8,53 miliar atau terdapat selisih sebesar US$ 6,7 miliar.
Tak bisa dinafikan, kenaikan pendapatan ini juga pengaruh dari melonjaknya harga komoditas batu bara sepanjang tahun 2022 sebesar 155%. Pada harga tertingginya, emas hitam ini pernah menyentuh level di atas US$ 450 per ton pada awal kuartal ketiga di tahun lalu.
Dari sisi operasional, BUMI tercatat membukukan volume penjualan batu bara sebanyak 69,4 metrik ton tahun lalu, atau turun 12% dari tahun 2021 yang sebesar 79 metrik ton. Secara rinci, penjualan KPC memberi andil penjualan sebanyak 48,2 metrik atau turun 15%. Sedangkan, Arutmin turun 4% menjadi 21,2 metrik ton.
Kinerja kinclong BUMI juga tidak terlepas dari masuknya Grup Salim sebagai pemegang saham pengendali melalui Mach Energy. Perusahaan menebus modal Rp 24 triliun kepada BUMI melalui aksi korporasi private placement. Penyertaan modal tersebut digunakan perusahaan untuk membayar utang. Saat ini, porsi saham Grup Salim di BUMI tercatat sebesar 45,78%.
Setali tiga uang, kinerja kinclong juga terjadi di entitas milik Grup Bakrie lainnya seperti Energi Mega Persada (ENRG). Saham perusahaan bangkit dari level ‘gocap’ di pertengahan tahun 2021 ke level tertingginya Rp 394 per saham pada November 2022 lalu. Saat ini, harga saham ENRG berada di kisaran Rp 234 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 5,81 triliun.
Pada tahun 2022, ENRG tercatat membukukan menorehkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 66,75 juta atau setara Rp 999,21 miliar hingga kuartal IV 2022 dengan asumsi kurs Rp 14,969. Laba perusahaan naik 65,89% dibandingkan dengan periode yang sama 2021 yaitu US$ 40,23 juta.
Seiring dengan melajunya laba, pendapatan ENRG meningkat 11,28% menjadi US$ 451,93 juta setara Rp 6,76 triliun hingga akhir 2022. Dibandingkan dengan periode kuartal IV 2021, pendapatan perusahaan senilai US$ 406,09 juta.
Sementara itu, di sektor perkebunan, saham Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) diperdagangkan di kisaran Rp 112 sampai dengan Rp 116 per saham dengan nilai kapitalisasai pasar Rp 287 miliar. Sepanjang 2022, UNSP tercatat membukukan pendapatan senilai Rp 4,19 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 216,77 miliar.
Emiten Grup Bakrie di Bursa Efek Indonesia
No | Nama Perusahaan | Kepemilikan Grup Bakrie | Kapitalisasi Pasar |
1. | Bumi Resources (BUMI) | 20% | Rp 46 Triliun |
2. | Bumi Resources Mineralas (BRMS) | 4,88% | Rp 23,25 Triliun |
3. | Energi Mega Persada (ENRG) | 47,97% | Rp 5,71 Triliun |
4. | Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) | 14,65% | Rp 280 Miliar |
5. | Bakrie and Brothers (BNBR) | 9,63% | Rp 1,19 Triliun |
6. | Visi Media Asia (VIVA) | 20,59% | Rp 823,21 Miliar |
7. | Intermedia Capital (MDIA) | 89,99% | Rp 1,96 Triliun |
8. | Darma Henwa (DEWA) | 11,50% | Rp 1,09 Triliun |
9. | Bakrieland Development (ELTY) | 5,12% | Rp 2,18 Triliun |
10. | Graha Andrasentra Propertindo (JGLE) | 38,76% | Rp 1,13 Triliun |
11. | Bakrie Telecom (BTEL) | 7,17% | Rp 1,84 Triliun |
Data per 12 April 2023. Diolah penulis
Kendati demikian, terdapat beberapa emiten Grup Bakrie yang kinerja sahamnya masih belum beranjak dari level 'gocap', beberapa bahkan terancam mengalami penghapusan pencatatan saham dari bursa.
Kinerja emiten Bakrie yang stagnan di level Rp 50 per saham antara lain, Bakrie Telecom (BTEL), Graha Andrasentra Propertindo (JGLE), Bakrieland Development (ELTY), Darma Henwa (DEWA), Visi Media Asia (VIVA), Bakrie and Brothers (BNBR) dan Intermedia Capital (MDIA).
Dalam perkembangannya, emiten media Bakrie, VIVA menjual 39% saham MDIA. Hal ini dilakukan untuk mengurangi utang dan memperbaiki laba anak perusahaan. Target pelaksanaannya diharapkan dapat selesai pada tahun 2023.
Rencana penjualan saham milik perseroan di MDIA sebesar 39% akan dilaksanakan dengan private placement yang rencananya akan dilakukan oleh investor strategis.