Terancam Suspensi, Saham Krakatau Steel Terus Tertekan
Saham emiten produsen baja BUMN, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) terus tertekan. Sejak awal tahun ini, saham KRAS melemah 35,58% ke level Rp 210 per saham. Sedangkan, bila dilihat dalam sebulan terakhir, saham Krakatau Steel anjlok 12,50%.
Berdasarkan data perdagangan Selasa ini, saham KRAS melemah 0,94%. Volume saham diperdagangkan sebanyak 3,67 juta saham dengan nilai transaksi Rp 774,52 juta dengan frekuensi sebanyak 699 kali. Adapun, nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 4,14 triliun.
Saham KRAS terus mengalami tekanan di tengah potensi suspensi terhadap saham perusahaan. Pasalnya, otoritas bursa mengultimatum akan mensuspensi saham jika perusahaan yang belum menyampaikan laporan keuangan tahun buku 2022 yang telah diaudit hingga akhir bulan ini.
“Apabila belum menyampaikan atau belum bayar denda, KRAS bisa di-suspend,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna di depan awak media di Jakarta, seperti dikutip dari Antara.
Sebagaimana diketahui, BEI memberikan Surat Peringatan Pertama (SP1), serta Surat Peringatan Kedua (SP2) yang disertai dengan pemberian denda sebesar Rp 50 juta kepada KRAS imbas terlambatnya penyampaian laporan keuangan.
“Buat perusahaan-perusahaan yang belum menyampaikan laporan keuangan. Udah SP1, udah SP2, SP2 udah ada dendanya, nanti lanjut ke SP3,” ujar Nyoman.
Kendati demikian, perusahaan justru telah menyampaikan laporan keuangan periode kuartal pertama 2023 dengan mengantongi kerugian bersih sebesar US$ 18,263 juta dolar AS. Kerugian ini lebih dalam dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai US$ 26,459 juta.
Adapun, dari sisi pendapatan perseroan mengalami kenaikan 2,05% menjadi US$ 689,8 juta dolar AS pada kuartal I-2023, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 675,9 dolar AS
Catatan Katadata, perusahaan BUMN yang berkantor pusat di Cilegon ini selama delapan tahun berturut-turut terus membukukan kerugian. Barulah pada tahun 2020 lalu, perusahaan mengantongi laba bersih Rp 339,28 miliar.
Pada tahun 2019, perusahaan juga masih rugi Rp 7,21 triliun. Membaiknya kinerja KRAS, terutama dari sisi bottom line tersebut berkat restrukturisasi dan transformasi dilakukan perusahaan.