Manuver Grup Astra di Bisnis Energi Baru Terbarukan
Grup Astra kian melebarkan sayap bisnisnya di sektor energi baru terbarukan (EBT). Setelah masuk ke bisnis pembangkit listrik tenaga hidro melalui PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), perusahaan baru-baru ini juga mengakuisisi perusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi atau geothermal dengan mencaplok PT Supreme Energy.
Kedua aksi korporasi tersebut dilakukan oleh anak usaha Astra yang bergerak di bisnis alat berat dan pertambangan, konstruksi dan energi PT United Tractors Tbk (UNTR). Konglomerasi Astra International memang melirik potensi bisnis lain yang masih berpeluang tumbuh dan menjadi mesin pertumbuhan baru dalam jangka panjang.
Salah satunya di sektor energi baru terbarukan. Pada tahun ini, perusahaan menganggarkan belanja modal jumbo Rp 24 triliun, belum lagi alokasi cadangan investasi senilai Rp 15 triliun. Sehingga, secara agregat alokasi belanja modal dan investasi Astra mencapai Rp 39 triliun.
"Berinvestasi dalam lini bisnis yang bisa menjadi kontributor yang meaningful atau baik dan bisa jadi mesin pertumbuhan Astra untuk jangka panjang, kita tidak bicara jangka pendek dan menengah," kata Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro, dalam konferensi pers RUPST Astra 2023 lalu.
Djony pernah mengungkapkan, setidaknya ada tiga pertimbangan perseroan dalam menentukan sektor usaha yang berpotensi menjadi bisnis baru yakni, Astra melihat sektor bisnis baru tersebut sesuai dengan visi dan misi jangka panjang perseroan. Kemudian, bagaimana perseroan bisa berkontribusi langsung pada sektor bisnis tersebut. Terakhir, bagaimana kultur dari perusahaan yang akan menjadi lini bisnis baru perseroan.
Bicara mengenai investasi Astra di bisnis geothermal, United Tractors mengakuisisi sebanyak 680.000 saham atau setara 40,47% kepemilikan PT Supreme Energy Sriwijaya (SES) pada 7 Agustus 2023 lalu.
Akuisisi tersebut dilakukan oleh perusahaan yang dikendalikan UNTR, PT Energia Prima Nusantara (EPN) yang telah menandatangani kesepakatan akuisisi senilai US$ 42,32 juta atau setara Rp 634,94 miliar.
Sedangkan, pada Juni lalu, United Tractors juga mengumumkan penandatanganan subscription agreement untuk mengakuisisi 19,99% saham di Nickel Industries Limited (NIC) dengan total nilai transaksi sebesar A$ 943 juta.
Sebelumnya, Astra juga menginjeksi modal di bisnis healthcare melalui Halodoc dan rumah sakit Hermina. Yang terbaru, perusahaan juga masuk ke bisnis digital dengan mengakuisisi seluruh saham OLX, perusahaan penyedia iklan baris OLX.
Kinerja Astra di Semester I 2023
Sampai dengan periode semester pertama tahun ini, Grup Astra, secara konsolidasi membukukan penurunan laba bersih 4% menjadi Rp 17,44 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 18,17 triliun.
Penurunan laba bersih menyebabkan nilai laba bersih per saham dasarnya juga turun menjadi Rp 431 per saham dari sebelumnya Rp 449 per unit. Penghitungan ini setelah menyesuaikan nilai wajar atas investasi Astra di GOTO dan Hermina.
Sedangkan, pendapatan bersih Grup Astra, meningkat 13% menjadi Rp 162,39 triliun dibanding semester pertama 2022 yang sebesar Rp 143,69 triliun. Motor pendapatan Astra ditopang dari peningkatan kinerja dari hampir seluruh divisi bisnis Grup, terutama divisi otomotif, jasa keuangan, serta alat berat dan pertambangan.
Sampai dengan Juni 2023, total aset ASII meningkat menjadi Rp 419,69 triliun dari posisi 31 Desember 2022 yang senilai Rp 413,29 triliun. Sedangkan, liabilitasnya juga naik dari akhir Desember tahun lalu senilai Rp 169,57 triliun menjadi Rp 186,38 triliun. Ekuitas Astra International justru mengalami penurunan dari akhir tahun lalu Rp 243,72 triliun menjadi Rp 233,31 triliun.
Pada perdagangan Rabu ini, harga saham Astra International ditutup naik tipis 0,37% pada akhir sesi ke level Rp 6.750 setiap saham setelah seharian bergerak di zona merah. Nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 273,26 triliun.