Induk Instagram Terdampak Konflik Israel, Bursa Wall Street Anjlok
Indeks saham Amerika Serikat atau Wall Street ditutup melemah pada Kamis (27/10). Dow Jones Industrial Average melemah, terutama dipicu oleh penurunan harga efek sektor teknologi yang dipimpin oleh induk Instagram Meta.
Investor khawatir akan ada perlambatan pertumbuhan pendapatan iklan, meskipun Meta melaporkan hasil kuartalan melebihi perkiraan.
Bursa saham Wall Street pun kompak turun. Dow Jones turun sekitar 0,8% atau sekitar 251 poin. Sementara itu, S&P 500 terkoreksi 1,2% dan Nasdaq melemah sekitar 1,8%.
Harga saham Meta Platforms anjlok lebih dari 3% usai melaporkan penurunan permintaan iklan pada kuartal empat. Padahal pada kuartal ketiga angkanya mengungguli perkiraan analis.
Meta menyampaikan, penurunan permintaan iklan sebagian disebabkan oleh konflik Israel dan Hamas, yang memengaruhi pengeluaran iklan di Timur Tengah.
"Kami mengamati belanja iklan yang lebih lemah di awal kuartal keempat. Ini berkorelasi dengan dimulainya konflik, yang tecermin dalam prospek pendapatan kuartal keempat kami," kata Meta saat menyampaikan laporan keuangan kuartalan pada Rabu (25/10).
Sementara itu, imbal hasil obligasi Amerika menurun yang menunjukkan tanda-tanda bahwa inflasi tidak naik setinggi perkiraan selama kuartal ketiga. Meskipun data awal menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS menguat dan tercepat sejak 2021.
Menurut Analis Scotiabank Economics, imbal hasil surat utang Amerika turun setelah data pertumbuhan ekonomi keluar. Investor terpantau lebih berfokus pada penurunan inflasi yang tidak terlalu besar, daripada pertumbuhan ekonomi yang kuat selama kuartal tiga.
Data yang kurang menggembirakan itu muncul sebelum rilis data indeks pengeluaran konsumen harga inti yang dijadwalkan pada Jumat. Analis memprediksi ada penurunan tingkat inflasi tahunan per September dari 3,9% menjadi 3,7%.
Morgan Stanley memperkirakan, bank sentral Amerika yakni The Fed mengakui performa ekonomi yang lebih baik belakangan ini. Namun, mengingat kondisi keuangan yang lebih ketat, mereka mungkin akan menurunkan arahan tentang perlunya pengetatan kebijakan moneter tambahan.
Morgan Stanley memprediksi The Fed mempertahankan suku bunga hingga 2024.