Marak Saham Emiten Baru Jeblok usai IPO, Ini Respons Bos OJK
Sejumlah emiten yang baru mencatatkan saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2023 terpantau merosot. Tak hanya itu, beberapa saham di antaranya anjlok hingga 88% dalam kurun waktu kurang dari setahun.
Merespons hal tersebut, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengatakan regulator akan melakukan pengawasan dan pendalaman terhadap emiten terkait. Tak hanya itu, OJK juga akan langsung melakukan pengkajian, analisis, hingga melihat semua latar belakang dan situasi itu secara mendalam.
“Ada pergerakan atau situasi yang tidak biasa, namanya itu unusual market activity (UMA), ya," kata Mahendra saat ditemui di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Selasa (2/12).
Mahendra menyatakan fluktuasi harga saham tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran. Fokusnya, kata dia, bukan hanya pada perubahan harga itu sendiri sebab hal itu merupakan bagian dari mekanisme pasar.
Namun, kata Mahendra, yang penting adalah menegakkan aturan dengan menetapkan sanksi dan menjalankan disiplin jika ditemukan adanya pelanggaran. Di sisi lain, OJK juga terus melakukan pemantauan terhadap perusahaan tercatat di bursa.
Di samping itu, Mahendra menegaskan perlindungan investor kini menjadi fokus utama. Hal tersebut salah satunya dengan pengawasan perilaku pelaku jasa keuangan atau market conduct. Termasuk mengawasi pergerakan harga saham emiten yang di luar kebiasaan.
“Itu pasti dikaji, dianalisis, dan dipantau ketat sehingga menjamin tidak terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku,” pungkas Mahendra.
Sebelumnya, sejumlah saham IPO yang anjlok atau menempati top loser pada 2023 ini di antaranya ambles 59% hingga 88% dalam kurun waktu kurang dari setahun. Di antaranya, yakni PT Lavender Bina Cendikia Tbk (BMBL), PT Menn Teknologi Indonesia Tbk (MENN), PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ), hingga PT Mitra Tirta Buwana Tbk (SOUL).