Daya Beli Pulih dan Suku Bunga Turun, Manulife Ramal IHSG Capai 7.800
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dapat menyentuh level psikologis 7.800 di akhir tahun ini. Salah satu faktor pendorongnya yaitu adanya ekspetasi penurunan suku bunga dan perbaikan daya beli masyarakat di tahun pemilihan umum.
Senior Portfolio Manager, Equity MAMI Samuel Kesuma membeberkan beberapa poin faktor pendorong cerahnya pasar saham di 2024. Salah satunya yaitu Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve yang telah mengonfirmasi untuk menurunkan suku bunga. Sehingga, ekspetasi penurunan suku bunga sudah lebih solid.
Di sisi lain, stabilitas nilai tukar mata uang rupiah juga menjadi poin penting untuk pasar saham Indonesia. Samuel menjelaskan, investor asing akan terus memantau pergerkan nilai tukar mata uang di negara-negara tempat mereka berinvestasi.
Dia mengandikan, ketika investor asing berinvestasi dengan mata uang dolar AS dalam suatu saham. Lalu harga sahamnya naik 15%, tetapi rupiah melemah 10%. Secara imbal hasil bersihnya atau net return, investor asing hanya mendapat 5%.
"Hal lain yang paling penting, akan ada perbaikan daya beli masyarakat di tahun pemilu. Kami ekspetasi akan membantu daya beli masyarkat khususnya menengah ke bawah," kata Samuel dalam pemaparannya, Kamis (18/1).
Oleh sebab itu, Manulife Aset Manajemen Indonesia optimis jika perputaran ekonomi akan semakin baik tahun ini. Selain itu pergerakan harga saham di 2024 akan sejalan dengan pertumbuhan laba emiten.
"Kami ekspetasi IHSG di akhir 2024 nanti mencapai level 7.800," sebut Samuel.
Chieft Economist & Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan juga menjelaskan, pemotongan suku bunga akan sangat membantu untuk pasar finansial, baik pasar obligasi maupun pasar saham. Namun menurutnya, pasar obligasi akan merespons positif terlebih dulu sebab ada konektivitas serta sensitivitas yang sangat dekat antara pasar obligasi dengan perubahan kondisi makro.
Katarina juga menjelaskan nilai tukar rupiah yang akan terbantu dengan moderasi indeks nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang di dunia. Menurutnya, faktor ini membuat investor asing tertarik untuk masuk lagi ke pasar obligasi Indonesia.
Selain itu, Manulife Aset Manajemen Indonesia juga mengamati jika pertumbuhan laba dari emiten cukup sehat. Dia menilai untuk tahun ini, secara agregat MAMI mempekirakan ada pertumbuhan laba emiten 8%.
"Ini konservatif, dan sudah termasuk di dalam nya sektor komoditas. Stabilnya nilai tukar rupiah, inflasi terjaga, akan membantu pasar saham," sebutnya.