Pendapatan Naik 18%, Laba BFI Finance Justru Terkontraksi 9%
PT BFI Finance Tbk (BFIN) menorehkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yakni Rp 1,6 triliun hingga akhir tahun 2023. Laba BFIN terkontraksi 9% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,8 triliun.
Menelisik laporan keuangannya, emiten pembiayaan milik konglomerat Boy Thohir dan Jerry Ng tersebut mencetak pendapatan Rp 6,3 triliun sepanjang 2023. Raihan pendapatan BFIN naik 18% dibandingkan 2022 yakni Rp 5,3 triliun.
Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono memaparkan, nilai pembiayaan baru atau new booking tercatat senilai Rp 19,1 triliun. Nilai ini sedikit menurun 5% dari tahun sebelumnya karena menjelang akhir semester satu 2023, perusahaan menghentikan sementara sistem operasionalnya guna peningkatan keamanan digital, segera setelah terdeteksi adanya serangan siber.
Namun BFIN segera melakukan penyehatan dan penyesuaian di berbagai lini. "Pada kuartal empat 2023, seluruh proses penyehatan telah tuntas dan kembali membukukan pertumbuhan pembiayaan baru yang meningkat 11,3% dibandingkan kuartal sebelumnya," katanya dalam keterangan resmi BFIN, Senin (26/2).
Di sisi risiko kredit, rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing atau NPF dapat ditekan hingga berada di level bruto 1,36% dan level neto 0,15% per 31 Desember 2023. Rasio NPF yang diraih BFI Finance ini masih jauh lebih rendah dibandingkan peer-nya yang rata-rata berada di level bruto 2,44%.
"Kami fokus pada target konsumen yang tepat, proses pembiayaan yang efektif dengan menyesuaikan kepada risk appetite dan kebijakan BFIN, serta posisi kapasitas penagihan yang seimbang,” ucapnya.
Sudjono menjelaskan performa positif juga dapat dilihat pada Imbal Hasil Rata-Rata atas Aset (RoAA) dan Imbal Hasil Rata Rata atas Ekuitas (RoAE) yang masing-masing menempati level 8,4% dan 17,7% per Desember 2023. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri pembiayaan, yang
masing-masing berada di level 5,6% dan 15%.
Berdasarkan piutang pembiayaan yang dikelola, bisnis BFI Finance masih didominasi oleh pembiayaan beragun kendaraan roda empat dan roda dua sebesar 62,7%. Lalu diikuti dengan pembiayaan alat berat dan mesin 14,9% dan pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru 14%. Sementata pembiayaan beragun sertifikat properti sebesar 4,4% serta pembiayaan berbasis syariah yaitu 4%.
Adapun, pencapaian nilai aset baru yang dilaporkan oleh BFI Finance senilai Rp 24,0 triliun, atau naik 9,4% dari pencapaian di tahun 2022 sebesar Rp 21,9 triliun. Besarnya kelolaan aset yang dimiliki oleh perusahaan saat ini terkontribusi dari bertumbuhnya total piutang pembiayaan yang dikelola sebesar 7,4% dari Rp 20,5 triliun menjadi Rp 22 triliun.
Untuk strategi dan arah bisnis tahun 2024, BFI Finance akan fokus pada perluasan jaringan berbasis digital sehingga tidak ada pembukaan jaringan fisik kantor cabang di area baru. Selain itu, terdapat pengembangan produk keuangan baru, serta optimalisasi produk yang sudah berjalan saat ini sehingga dapat mendukung target pertumbuhan bisnis perusahaan seiring dengan upaya mengembangkan teknologi terkini.
Dikutip dari laman resminya, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI) didirikan pada tahun 1982 sebagai PT Produsen Hanover Leasing Indonesia, perusahaan patungan antara Produsen Hanover Leasing Corporation dari Amerika Serikat dan mitra lokal.
Saat ini, 48,15% saham BFI Finance dimiliki oleh konsorsium Trinugraha Capital & Co SCA yang antara lain terdiri dari Bravo Capital Holding milik Jerry Ng, Northstar Group, Garibaldi Thohir, dan investor pasif lainnya. Sisanya dimiliki oleh pemegang saham institusi lokal dan internasional serta pemegang saham publik.