Wall Street Turun, Investor Was-was Tunggu Data Inflasi AS
Bursa saham Wall Street, Amerika Serikat kompak memasuki zona merah pada perdagangan Senin (26/2). Ketiga indeks utama AS terpengaruh oleh sentimen negatif pasar terkait data inflasi yang akan dirilis dan mempengaruhi keputusan The Federal Reserve soal seberapa cepat suku bunga AS akan turun.
Indeks S&P 500 turun 0,38% ke level 5.069,53 dan Nasdaq Composite turun 0,13% ke level 15.976,25. Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,16% ke level. 39.069,23.
Di sisi lain, Amazon resmi bergabung dengan 30 saham Dow Jones Industrial Average, menggantikan Walgreens Boots Alliance. Dalam indeks Dow Jones, kepemilikan saham diukur berdasarkan harga saham, bukan kapitalisasi pasar.
Keikutsertaan Amazon di dalam indeks ini akan meningkatkan eksposur Dow ke sektor teknologi dan ritel konsumen. Namun, saham Amazon turun tipis 0,15% pada perdagangan kemarin.
Kenaikan imbal hasil obligasi juga memberikan tekanan pada saham-saham. Imbal hasil obligasi pemerintah atau treasury AS tenor 10 tahun naik sekitar satu basis poin menjadi 4,276%. Hal ini turut mempengaruhi sentimen pasar secara keseluruhan.
Saham-saham mencatat rekor tinggi setelah indeks-indeks utama, termasuk S&P 500 dan Dow, mencetak kemenangan beruntun pada pembukaan awal pekan ini. Pencapaian positif itu didorong oleh kinerja pendapatan yang luar biasa dari Nvidia. Bahkan pada Jumat (23/2) kemarin, S&P 500 dan Dow mencapai rekor tertinggi atau all time high (ATH).
Namun, para investor tengah memantau apakah momentum positif ini dapat bertahan mengingat adanya risiko ekonomi dan inflasi. Tak hanya itu, investor juga menantikan rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi bulanan yang dijadwalkan hari Kamis (29/2) mendatang.
Menurut Kepala investasi di NorthEnd Private Wealth, Alex McGrath mengatakan bahwa saat ini, tren kenaikan yang dipicu oleh kemajuan kecerdasan buatan (AI) akan terus berlanjut.
"Di mana Nvidia dan banyak perusahaan semikonduktor lain tampaknya telah menaruh kepercayaan bahwa AI dapat terus mendukung reli ini," kata McGrath dikutip CNBC, Selasa (27/2).
Menurut Kepala Strategi Investasi Oppenheimer John Stoltzfus, sentimen investor terhadap saham telah meningkat berkat hasil laporan keuangan yang melebihi perkiraan. Hal tersebut terjadi meskipun pasar harus menghadapi kemungkinan bahwa Federal Reserve akan tetap sangat berhati-hati terkait inflasi yang tinggi.
“Dan pertimbangan apakah, kapan, dan seberapa besar mereka akan mengurangi suku bunga tahun ini,” ucap Stoltzfus.
Di sisi lain, terdapat sejumlah data ekonomi yang akan dirilis, termasuk data pesanan barang tahan lama bulan Januari yang dijadwalkan pada Selasa (27/2. Ada pula data persediaan grosir bulan Januari yang akan dirilis pada hari Rabu (28/2), serta pengeluaran konsumen dan angka PCE (Personal Consumption Expenditures) yang dirilis pada Kamis (29/2).