Bahan Baku Terigu Langka, Ini Proyeksi Jangka Panjang INDF, MYOR, ROTI
Produsen tepung terigu saat ini menghadapi ancaman kelangkaan bahan baku lantaran proses impor premiks fortikan terhambat. Masalah ini diperkirakan juga bisa berdampak pada operasional emiten makanan dan minuman, seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT Nippon Indosari Tbk (ROTI).
Pengusaha tepung terigu memprotes Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 36/2023 yang telah diubah ke Permendag No 3/2024 terkait Kebijakan dan Pengaturan Impor. Direktur INDF Franciscus Welirang mengatakan, aturan tersebut membuat proses impor premiks fortikan membutuhkan waktu lama. Alhasil, stok premiks fortikan saat ini menipis dan diprediksi habis pada bulan ini.
Padahal, Franciscus menyebut tepung terigu di dalam negeri wajib mengandung premiks fortikan sejak 2000. Bahan baku tersebut berfungsi untuk memberikan gizi mikro pada tepung terigu, seperti zat besi, zinc, asam folat, vitamin B1, dan vitamin B2.
Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, mengatakan meskipun ada kekhawatiran terkait gangguan rantai pasok global berupa kekurangan bahan baku tepung terigu, setidaknya perusahaan-perusahaan tersebut mampu menyimpan stok ketika terjadi supply chain disruption tersebut.
“Harus ada stok agar kegiatan operasi perusahaan berjalan,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Kamis (18/4).
Nafan menyebut dampak dari kinerja keuangan tergantung pada kemampuan perusahaan untuk mengantisipasi risiko. Jika perusahaan tidak memiliki mitigasi risiko yang memadai, hal itu bisa mempengaruhi kinerja operasional jangka panjang.
Pemerintah Bisa Melonggarkan Aturan Impor Premiks Fortikan
Sementara itu, Kiswoyo Adi Joe, Head of Investment Reswara Gian Investa, mengatakan peraturan tersebut tidak terlalu berpengaruh sebab premiks fortikan bukan sebagai bahan baku utama tepung terigu.
Ia menilai semuanya tergantung pada keputusan pemerintah. Jika pemerintah secara langsung melonggarkan peraturan tersebut, saham-saham emiten pengguna terigu tidak akan terdampak.
“Itu ibaratnya masih bisa dilonggarkan peraturannya. Pada akhir bulan akan datang semua barang impornya,” kata Kiswoyo.
Kiswoyo memproyeksikan saham INDF dalam jangka panjang bisa melampaui Rp 7.500 per saham. Sementara itu, saham MYOR mungkin berada di kisaran Rp 2.600 hingga Rp 2.700. Untuk harga saham ROTI, ia memperkirakan bisa mencapai di sekitar Rp 1.500 atau lebih tinggi.
Abdul Azis Setyo Wibowo, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia menyebut kekurangan bahan baku tepung terigu terhadap emiten sektor konsumer tersebut tidak akan berpengaruh kepada kinerja perseroan dalam jangka panjang. Namun dalam jangka pendek, masalah tersebut dinilai berpotensi menurunkan kinerja emiten INDF, ICBP, MYOR, dan ROTI.
Pada penutupan perdagangan Kamis (18/4), harga saham INDF justru menguat 1,24% ke level 6.125 per saham. Harga saham ICBP turun 0,49% ke level Rp 10.100 per saham. Harga saham MYOR menguat 2,16% ke Rp 2.360 per saham. Adapun harga saham ROTI stagnan di Rp 1.210 per saham.