Indeks Nikkei Bursa Jepang Anjlok 12,4%, Terburuk Sejak Black Monday 1987
Aksi jual yang terjadi di Bursa Jepang sejak pekan lalu berlanjut. Indeks Nikkei 225 longsor 12,4% ke level 31.458,42% dan mencatat penurunan terburuk bagi indeks ini sejak "Black Monday" tahun 1987, pada Senin (5/8).
Penurunan 4.451,28 poin pada indeks ini juga merupakan yang terbesar dalam hal poin sepanjang sejarahnya. Nikkei juga menghapus semua kenaikannya sepanjang tahun ini, dan bergerak ke posisi kerugian tahun ini. Topix yang berbasis luas juga anjlok 12,23% dan ditutup pada level 2.227,15.
Harga saham perusahaan-perusahaan perdagangan kelas berat seperti Mitsubishi, Mitsui and Co, Sumitomo, dan Marubeni semuanya mengalami penurunan lebih dari 14%. Nilai kapitalisasi pasar Mitsui bahkan terhapus hampir 20%.
Penurunan yang terjadi di Bursa Jepang pada Senin (5/8) ini mengikuti penurunan yang terjadi pada Jumat (2/8) lalu ketika Nikkei 225 dan Topix masing-masing turun lebih dari 5% dan 6%. Indeks Topix yang lebih luas menandai hari terburuknya dalam delapan tahun terakhir pada Jumat lalu, sementara Nikkei menandai hari terburuknya sejak Maret 2020.
Pada perdagangan hari ini, yen juga menguat ke level tertinggi terhadap dolar sejak Januari, dan terakhir diperdagangkan di 142,09 per dolar AS.
Perdagangan di Bursa Korsel Sempat Dihentikan
Indeks Kospi Korea Selatan turun 8,1% sebelum perdagangan dihentikan selama 20 menit dari pukul 14.14 waktu Seoul. Indeks Kosdaq yang berkapitalisasi kecil turun 11,71%.
Sementara itu, para investor menantikan data perdagangan utama dari Cina dan Taiwan minggu ini, serta keputusan bank sentral dari Australia dan India.
Sektor jasa Cina berekspansi dengan laju yang lebih cepat di bulan Juli, dengan indeks manajer pembelian negara ini naik menjadi 52,1 pada bulan Juli, naik dari 51,2 di bulan Juni.
Survei Caixin mengatakan bahwa percepatan pertumbuhan ini disebabkan oleh pertumbuhan bisnis baru yang lebih cepat. "Pertumbuhan sektor jasa didukung oleh perbaikan yang berkelanjutan pada kondisi permintaan yang mendasari dan perluasan penawaran jasa," kata Survei Caixin, seperti dikutip CNBC, pada Senin (5/8).
Indeks acuan Taiwan, Taiwan Weighted Index turun lebih dari 8%. Penurunan indeks ini dipicu oleh kejatuhan saham-saham teknologi dan real estat. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 3,7% menjadi 7.649,6.
Reserve Bank of Australia memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari pada hari ini. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil di 4,35%. Namun, pasar akan memantau pernyataan kebijakan moneter untuk mengetahui apakah RBA masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga.
Sementara itu, Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,61%. Indeks CSI 300 di Cina turun 0,48% yang merupakan penurunan terkecil di Asia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga anjlok 1,99% pada sesi pertama perdagangan hari ini. Hingga pukul 14.20 WIB, IHSG merosot lebih dalam hingga 4%.
Kekhawatiran terhadap Potensi Resesi di AS
Bursa Amerika Serikat mencatat harga saham-saham turun tajam karena laporan data ketenagakerjaan berupa upah di sektor non-pertanian (non farm payrolls) yang jauh lebih lemah daripada yang diantisipasi untuk bulan Juli. Kondisi ini memicu kekhawatiran bahwa ekonomi AS bisa jatuh ke dalam resesi.
Nasdaq adalah yang pertama dari tiga indeks utama yang memasuki wilayah koreksi. Indeks saham-saham teknologi AS itu turun lebih dari 10% dari rekor tertingginya. S&P 500 dan Dow masing-masing turun 5,7% dan 3,9% di bawah level tertinggi sepanjang masa.
S&P 500 turun 1,84%, sementara Nasdaq Composite kehilangan 2,43%. Dow Jones Industrial Average turun 610,71 poin, atau 1,51%.