Investor Panik IHSG Sempat Anjlok 4%, Mirae Asset: Resesi Tak Akan Terjadi

Nur Hana Putri Nabila
9 Agustus 2024, 13:41
Mirae Asset Sekuritas menyebut kepanikan investor terhadap anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat turun lebih dari 4% ke 6.998 pada perdagangan Senin (5/8) kemarin terlalu berlebihan.
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nz
Mirae Asset Sekuritas menyebut kepanikan investor terhadap anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat turun lebih dari 4% ke 6.998 pada perdagangan Senin (5/8) kemarin terlalu berlebihan.
Button AI Summarize

Mirae Asset Sekuritas menyebut kepanikan investor terhadap anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat turun lebih dari 4% ke 6.998 pada perdagangan Senin (5/8) kemarin terlalu berlebihan. Pasalnya, penurunan tersebut mendekati batas trading halt sebesar 5%. Trading halt adalah penghentian sementara perdagangan saham yang dilakukan otoritas bursa saat indeks turun terlalu tajam. 

Roger MM, Head of Investment Solution Mirae Asset Sekuritas,  mengatakan penurunan IHSG awal pekan itu disebabkan tingkat pengangguran atau unemployment rate di AS yang naik menjadi 4,3%. Angka ini di atas ekspektasi pasar yang memprediksi angka pengangguran hanya 4,1%. Data tersebut mendorong pasar khawatir akan terjadinya pelemahan ekonomi AS dan kemungkinan resesi. 

“Mirae Asset menilai kekhawatiran kemarin terlalu berlebihan. Kenapa? Prediksi resesi AS kemungkinan tidak akan terjadi,” kata Roger MM kepada wartawan di Jakarta, Kamis (8/8).

Dengan demikian, Mirae Asset tidak memprediksi akan terjadi resesi ekonomi di Amerika Serikat (AS). Sebaliknya, ia memperkirakan akan ada penurunan suku bunga The Fed pada September mendatang untuk meredam potensi resesi . Kemudian, The Fed diprediksi akan memangkas lagi suku bunga acuannya pada Desember.

Ia menyebut hal ini akan berdampak positif bagi pasar, sehingga pergerakan negatif yang terjadi sebelumnya hanya bersifat sementara.

Kejutan dari BOJ dan Data Pengangguran AS 

Menurut Roger, kejutan di pasar pada Senin lalu terjadi karena dua faktor utama. Pertama, Bank of Japan (BOJ) secara tak terduga menaikkan suku bunga dari 0,10% menjadi 0,25%, yang menyebabkan guncangan di pasar. Kedua, data ketenagakerjaan di AS menunjukkan kenaikan tiba-tiba dalam angka pengangguran, sehingga memicu kekhawatiran akan kemungkinan resesi.

“Jadi, sebetulnya kalau saya melihat tekanan di pasar kemarin mungkin mendorong The Fed supaya lebih agresif lagi menurunkan suku bunganya,” ujar Roger.

Roger menilai pasar modal Indonesia masih menarik, terutama karena laporan keuangan sejumlah emiten baru saja dirilis. Investor sekarang dapat memilih saham-saham yang memiliki prospek bagus ke depannya. Meskipun beberapa saham tidak menunjukkan banyak penurunan kinerja baik secara triwulanan maupun tahunan. Sentimen positif lainnya adalah potensi penurunan suku bunga serta jumlah hari kerja yang lebih banyak di semester kedua tahun ini. 

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta pelaku pasar tidak perlu khawatir terhadap pelemahan IHSG yang teradi kemarin. Ia menyebut pergerakan saham cenderung fluktuatif atau naik turun setiap harinya.  

“Kalau IHSG kita lihat karena daily-nya pergerakannya berfluktuasi. Jadi kita tidak perlu khawatir,” kata Airlangga saat ditemui di Gedung Kemenko Ekonomi, Jakarta, Senin (5/8). 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...