Harga Minyak Turun Tajam, Saham MEDC, ENRG, dan ELSA Tertekan
Sejumlah emiten kini menghadapi dampak negatif akibat fluktuasi harga minyak, termasuk PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD). Perubahan harga minyak yang signifikan memberikan tekanan pada kinerja saham-saham tersebut, menciptakan ketidakpastian dalam pasar dan mempengaruhi sentimen investor.
Melansir Reuters, harga minyak Brent yang melemah ke level US$ 69,19 per barel pada perdagangan Selasa (10/9) malam. Minyak mentah Brent merupakan patokan harga minyak mentah yang dipakai di Eropa. Penurunan ini terjadi setelah OPEC+ merevisi turun proyeksi pertumbuhan permintaan minyak pada 2024 dari 2,11 juta barel per hari menjadi 2,03 juta barel per hari.
Selain itu, OPEC+ juga merevisi turun proyeksi pertumbuhan permintaan minyak pada 2025 dari 1,78 juta barel per hari menjadi 1,74 juta barel per hari. Sebagai informasi, OPEC+ bmerupakan kelompok produsen minyak yang terdiri dari negara-negara anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan sekutunya. Revisi proyeksi tersebut dilakukan seiring meningkatnya motor listrik di Cina, yang berpotensi menurunkan permintaan dari importir minyak terbesar di dunia tersebut.
Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani menjelaskan, penurunan harga juga terjadi seiring dengan ekspektasi pasar terkait peningkatan produksi minyak pada Desember 2024. Sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya surplus minyak pada 2025.
"Penurunan harga minyak berpotensi memberikan sentimen negatif bagi emiten produsen migas dan penunjang migas," tulisnya dalam riset, Rabu (11/9).
Melansir data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) sesi pertama saham MEDC melemah 1,24% ke level Rp 1.190. Selanjutnya saham Energi Mega Persada merosot 1,5% ke level Rp 197. Namun demikian saham Wintermar Offshore Marine naik 0,42% ke level Rp 482 per saham walaupun mayoritas pergerakan sahamnya berada di zona merah yang sempat menyentuh level terendah Rp 476 per saham.
Selain itu ada saham Elnusa yang terkoreksi 0,58% ke level Rp 468 per saham. Terakhir saham Logindo Samudramakmur yang mampu melaju 0,43% ke level Rp 97 per saham. Artinya mayoritas saham emiten produsen migas dan penunjang migas lesu akibat sentimen harga minyak hingga OPEC+ merevisi turun proyeksi pertumbuhan permintaan minyak.