Saham Adaro Terjun, Kapitalisasi Pasar Susut Drastis Usai Offering Saham AADI
Saham Emiten batu bara milik konglomerat Garibaldi atau Boy Thohir, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) rontok lagi pada perdagangan saham hari ini, Jumat (29/11).
Berdasarkan penutupan perdagangan sesi pertama, saham ADRO rontok 22,83% ke level Rp 2.130 per lembar saham. Volume yang diperdagangkan tercatat 880,76 juta dan kapitalisasi pasarnya turun menjadi Rp 65,52 triliun.
Tak hanya itu, pada penutupan perdagangan sebelumnya, Kamis (28/11), saham emiten Boy Thohir itu menyentuh auto reject bawah atau ARB hingga anjlok 25% atau merosot 920 poin ke level Rp 2.760 per lembar saham. Kemarin kapitalisasi pasarnya juga turun menjadi Rp 84,90 triliun.
“Memang pelemahan harga saham ADRO tersebut sejalan dengan offering saham Adaro Andalan (AADI),” kata Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, kepada Katadata.co.id, Kamis (28/11).
Anak Usaha ADRO Tetapkan Harga PUPS Rp 5.550 per Saham
Di samping itu, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) menetapkan harga initial public offering atau IPO atau penawaran umum perdana saham Rp 5.550 per saham. Emiten yang akan menggunakan kode saham AADI ini, berpotensi mengantongi dana IPO Rp 4,31 triliun.
Berdasarkan prospektus Adaro Andalan Indonesia, disebutkan sekitar 37,23% dana yang diperoleh dari hasil IPO akan digunakan untuk investasi anak usahanya yakni PT Maritim Barito Perkasa, yang bergerak di bidang pengangkutan laut. Kemudian sekitar 15% akan digunakan untuk pembayaran kembali atas sebagian pinjaman perusahaan.
Lalu 14,89% digunakan oleh Bukit Asam untuk pembayaran kembali kepada PT AlamTri Resources Indonesia Tbk (ADRO) atas sebagian pokok atas pinjaman berdasarkan Perjanjian Pinjaman tanggal 24 Juni 2024. Perusahaan milik Garibaldi Thohir ini menawarkan maksimal 778,68 juta lembar saham atau 10% dari modal disetor dan ditempatkan pasca IPO, dengan nilai nominal Rp 3.125 per saham.
Apabila melihat kinerja keuangannya, Adaro Andalan Indonesia membukukan laba tahun berjalan tahun buku 2023 sebesar US$ 1,28 miliar (Rp 20,17 triliun). Perolehan laba AADI itu turun 45% yoy dari US$ 2,34 miliar (Rp 36,88 triliun) pada tahun sebelumnya.
Adapun pada periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2024, laba periode berjalan Adaro Andalan mencapai US$ 922,76 juta (Rp 14,5 triliun), naik 15% dibandingkan dengan US$ 804,75 juta (Rp 12,68 triliun) pada periode yang sama tahun sebelumnya.