Dinamika Global hingga Lesunya Bursa-Bursa Asean di Balik Realisasi IPO BEI

Selfie Miftahul Jannah
31 Desember 2024, 12:28
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12/2024). IHSG ditutup pada akhir tahun 2024 menguat 43,33 poin atau 0,62 persen ke posisi 7.079,90 sementara saham unggulan kelompok 45 atau indeks LQ45 naik
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12/2024). IHSG ditutup pada akhir tahun 2024 menguat 43,33 poin atau 0,62 persen ke posisi 7.079,90 sementara saham unggulan kelompok 45 atau indeks LQ45 naik 1,52 poin yaitu 0,18 persen ke posisi 826,62.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Realisasi Initial Public Offering (IPO) di Indonesia sepanjang tahun 2024 mencatatkan hasil yang jauh dari harapan. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, hingga 30 Desember 2024, ada 41 emiten yang melantai di BEI. Angka itu jauh lebih kecil ketimbang target BEI yang sebanyak 62 emiten.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, sejumlah perusahaan mengalami pembatalan pencatatan saham, yang sebagian besar disebabkan oleh penundaan dari calon perusahaan tercatat itu sendiri.

Selain itu, BEI juga melakukan penolakan terhadap beberapa perusahaan yang dinilai tidak memenuhi persyaratan. Penolakan ini berkaitan dengan beberapa aspek, seperti kondisi keuangan, operasional, serta aspek hukum, termasuk masalah terkait going concern perusahaan tersebut.

Di sisi lain ada faktor ekternal yang juga mempengaruhi rencana IPO perusahaan. Termasuk di antaranya kinerja sektor atau industri, kondisi makro ekonomi global dan domestik yaitu tingkat suku bunga dan inflasi. Serta kebijakan-kebijakan pemerintah, geopolitik dan pemilu yang dilaksanakan di lebih dari 70 negara pada tahun 2024. Hal ini kata Nyoman Yetna mengakibatkan para enterpreneur dan pengusaha to wait and see.

"Dapat kami sampaikan bursa-bursa ASEAN juga mengalami penurunan jumlah IPO sebesar 35% dan nilai dana yang dihimpun sebesar 51%," kata dia, Selasa (31/12).

Ia menjelaskan bahwa dengan selesainya pesta demokrasi pada tahun 2024 dan iklim politik yang semakin kondusif setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor. Kondisi tersebut juga diyakini akan mendorong optimisme dan minat perusahaan untuk melaksanakan IPO dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

BEI Targetkan 66 Perusahaan IPO di 2025

Sebelumnya BEI menargetkan sebanyak 66 perusahaan bisa mencatatkan sahamnya melalui penawaran umum perdana saham atau IPO pada 2025. Target ini naik 6,45% dibandingkan dengan target 2024 di mana BEI membidik 62 perusahaan untuk melaksanakan IPO.

“Untuk saham targetnya adalah 66 IPO baru dengan target penambahan jumlah investor sebanyak 2 juta investor baru di tahun depan,” kata Iman Rachman, Direktur Utama BEI, dalam Konferensi Pers Peresmian Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12).

Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek Otoritas Jasa Keuangan (OJK), I. B. Aditya Jayaantara mengatakan penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp 251,04 triliun dari 187 penawaran umum, dengan 35 di antaranya merupakan emiten baru hingga 27 Desember.

Secara rinci, sebanyak 34 merupakan emiten saham dan satu lainnya merupakan emiten Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS). Menurut OJK, jumlah investor pasar modal Indonesia juga kian meningkat. Aditya mengatakan hingga 24 Desember 2024, jumlah Single Investor Identification (SID) tumbuh 21,77% menjadi 14.817.376 SID, dari sebanyak 12.168.061 SID pada 2023 lalu.

“Pertumbuhan jumlah investor merupakan hasil dari keberhasilan inklusi keuangan yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan,” tambah Aditya.

Berdasarkan data otoritas Bursa, hingga 20 Desember 2024 sudah ada 41 perusahaan yang melaksanakan IPO di BEI. Masih ada 22 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Apabila dilihat dari klasifikasi aset perusahaan, perusahaan yang mengantre untuk IPO terdiri atas satu perusahaan berskala kecil dengan aset dibawah Rp 50 miliar, dua perusahaan berskala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar, dan 19 perusahaan berskala besar dengan aset di atas Rp 250 Miliar.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...